Taksonomi Bloom
Konsep
Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang
psikolog bidang pendidikan. Ia bersama timnya menganalisis perilaku belajar
akademik, dimana menghasilkan tiga ketegori perilaku belajar dan saling
melengkapi (overlapping). Tiga kategori belajar itu adalah domain kognitif,
domain afektif dan domain psikomotor.
Domain
kognitif, meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan keahlian
mentalitas. Domain afektif, meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan
perasaan. Sedangkan domain psikomotor, berkaitan dengan fungsi manipulatif dan
kemampuan fisik.
A. Domain Kognitif
a.
Pengetahuan – C1
Pengetahuan adalah aspek
yang paling dasar dalam taksonomi Bloom.“Aspek pengetahuan menekankan pada
proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali informasi-informasi
yang telah siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka peroleh
sebelumnya” (Suherman, dkk., 2001). Informasi-informasi yang dimaksud disini
berkaitan dengan simbol-simbol matematika, terminologi dan peristilahan,
fakta-fakta, keterampilan dan prinsip-prinsip. Secara terinci, jenjang
pengetahuan ini mencakup hal – hal seperti berikut ini :
ü
Pengetahuan tentang fakta yang spesifik. Dalam hal ini siswa
dituntut untuk mengingat kembali materi yang mirip sama dengan materi yang
telah dipelajarinya dalam kegiatan belajar mengajar. Missal, diberikan beberapa
bilangan cacah dan bukan bilangan cacah, siswa ( kelas I SMP ) dapat memilih
bilangan yang bukan anggota bilangan cacah.
ü
Pengetahuan tentang terminology. Dalam hal ini siswa dituntut
untuk mengingat kembali istilah – istilah atau symbol – symbol yang berkenaan
dengan konsep matematika. Missal, siswa dapat mengingat kembali definisi
himpunan kosong.
ü
Kemampuan untuk mengerjakan algoritma ( manipulasi ) rutin.
Contoh
daftar kata kerja C1 yaitu: Mengutip, menyebutkan, menjelaskan, menggambar,
membilang, mengidentifikasi, mendaftar, menunjukan, memberi label, memberi
indek, membaca, menandai, menghafal, memcatat, mengulang, memilih, menyatakan,
dsb.
b.
Pemahaman – C2
“Aspek
pemahaman adalah tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognisi yang
berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu” (Suherman, dkk.,
2001). Dalam tingkatan ini siswa diharapkan mampu memahami ide-ide matematika
bila mereka dapat menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu
menghubungkan dengan ide-ide lain dengan segala implikasinya. Secara teperinci,
jenjang kognitif tahap pemahaman ini mencakup hal – hal berikut :
ü
Pemahaman konsep. Suatu konsep terbentuk dari komponen konsep,
dan komponen ini merupakan suatu fakta yang spesifik. Dengan demikian suatu
konsep dapat dipandang sebagai kumpulan fakta spesifik yang saling terkait
secara fungsional. Misal, siswa dapat mengurutkan bilangan rasional, dari yang
terkecil ke yang terbesar.
ü
Pemahaman prinsip, aturan dan generalisasi. Soal – soal yang
berkenaan dengan aspek ini berkenaan dengan hubungan antara konsep dan
elemennya. Missal, siswa dapat menentukan sifat yang berlaku pada suatu
pecahan.
Pemahaman
terhadap struktur matematika. Soal yang berkenaan dengan jenjang kognitif ini
menuntut siswa untuk memahami tentang sifat – sifat dasar dalam struktur
matematika. Missal, dengan menggunakan sifat distributive, siswa dapat mencari
nilai dari variable dalam suatu persamaan.
ü
Kemampuan untuk membuat transformasi. Kemampuan ini dimaksudkan
sebagai kemampuan siswa untuk mengubah suatu bentuk matematika tertentu menjadi
bentuk lainnya. Missal, siswa dapat mengubah bentuk pecahan biasa menjadi
pecahan decimal.
ü
Kemampuan untuk mengikuti pola berpikir. Matematika kebanyakan
disajikan secara deduktif formal. Kemampuan untuk dapat mengikutinya disebut
kemampuan mengikuti pola berpikir matematik. Missal, jika ditentukan dua
segitiga sama kaki berimpit alasnya, siswa dapat membuktikan bahwa selisih
antar sudut – sudut alasnya sama.
ü
Kemampuan untuk membaca dan menginterpretasikan masalah sosial
atau data matematika. Misal, siswa dapat mengubah susatu permasalahan ke dalam
bentuk matematika serta menentukan penyelesaiannya.
Contoh
daftar kata kerja C2 yaitu: Memperkirakan, menjelaskan, merinci, membandingkan,
menghitung, menguraikan, membedakan, mendiskusikan, mencontohkan, menerangkan,
menyimpulkan, dsb.
c.
Penerapan atau aplikasi – C3
Menerapkan
aplikasi ke dalam situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah.
Pada aplikasi ini siswa dituntun memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau
memilih suatu abseksi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara)
secara tepat untuk diterapkan dalam situasi baru dan menerapkannya secara
benar. Secara teperinci, jenjang kognitif tahap penerapan ini mencakup hal –
hal berikut :
ü
Kemampuan untuk menyelesaikan masalah rutin. Masalah rutin
adalah masalah atau soal yang materinya sejenis dengan bahan pelajaran,
begitupun cara penyelesaiannya. Missal, siswa dapat menentukan sebuah bilangan
dalam basis 7 yang merupakan bilangan prima ganjil.
ü
Kemampuan untuk membandingkan. Soal yang masuk ke dalam tahap
ini menuntut siswa untuk dapat menentukan hubungan antara dua kelompok
informasi atau lebih kemudian memberikan penialian berupa keputusan.
Perhitungan bisa digunakan dan pengetahuan yang relevan biasanya diperlukan.
Kemampuan penalaran dan berpikir logic sangat diperlukan. Missal, diberikan
beberapa buah data, siswa dapat menentukan data terbesar dan rata – ratanya.
ü
Kemampuan untuk menganalisis data. Kemampuan ini melibatkan
kemampuan membaca, mengumpulkan, menginterpretasikan, dan memanipulasi
informasi. Kemampuan lainnya adalah menilai suatu permasalahan ke dalam bagian
– bagian sehingga dapat dibedakan antara informasi yang relevan dengan yang
tidak relevan, serta mampu untuk mengaitkan setiap sub masalah. Missal, siswa
dapat mengidentifikasi dan mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapi.
ü
Kemampuan mengenal pola, isomorfisme, dan simetri. Kemapuan ini
melibatkan kemampuan mengingat kembali informasi yang relevan, mentransformasi,
komponen – komponen masalah, memanipulasi data dan mengenal hubungan. Missal,
ditentukan sebuah kesamaan dengan beberapa variable, siswa dapat mencari nilai
salah satu variabelnya dinyatakan ndengan variable lain.
Contoh
daftar kata kerja C3 yaitu: Menugaskan, menentukan, menyesuaikan, menghitung,
mengurutkan, menggambarkan, menilai, melatih, mengemukakan, menyelidiki, dsb.
d.
Analisis – C4
Dalam
analisis, seseorang dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan
tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuknya. Tahap
analisis ini dibagi menjadi 3, yaitu :
ü
Analisis terhadap elemen. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk
mampu mengidentifikasi unsure – unsure yang terkandung dalam suatu hubungan.
Missal, dengan menggunakan suatu konsep pemfaktoran siswa dapat menentukan
himpunan penyelesaian suatu persamaan eksponen.
ü
Analisis Hubungan. Dalam hal ini siswa dituntut untuk memiliki
kemampuan dalam mengecek ketepatan hubungan dan interaksi antara unsure –
unsure dalam soal, kemudian membuat keputusan sebagai
penyelesaiannya. Missal, siswa dapat menentukan nilai variable dari suatu
persamaan kuadrat.
ü
Analisis tehadap aturan. Hal ini dimaksudkan sebagai analisis
tentang pengorganisasian, sistematika dan struktur yang ada hubungannya satu
sama lain.
Contoh
daftar kata kerja C4 yaitu: Memerinci, mengkorelasikan, menguji, mengarahkan,
menemukan, menelaah, mengaitkan, dsb.
e.
Sintesis – C5
Pada
jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru
dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada. Tahap sintesis ini dibagi
menjadi 2, yaitu :
ü
Kemampuan untuk menemukan hubungan. Soal – soal yang berkenaan
dengan tahap ini berupa kemampuan siswa untuk menyusun kembali elemen – elemen
masalah dan merumuskan suatu hubungan dengan penyelesaiannya. Missal, siswa
dapat menentukan letak suatu tempat dari tempat tertentu dengan menggunakan
perbandingan.
ü
Kemampuan untuk menyusun pembuktian. Perlu diketahui bahwa
membuktikan bukan berarti memberi contoh, meskipun contoh itu sebanyak –
banyaknya. Jadi membuktikan tidak boleh melalui contoh, pembuktian matematika
sifatnya harus berlaku umum ( deduktif formal ) setelah itu untuk memperjelas
bisa diberikan contoh.
Contoh
daftar kata kerja C5 yaitu: Mengumpulkan, mengkombinasikan, membangun,
menghubungkan, memperjelas, menyimpulkan, menggeneralisasi, dsb.
f.
Evaluasi atau create – C6
Seseorang
dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep
berdasarkam suatu kriteria tertentu. Tahap evaluasi ini dibagi
menjadi 2, yaitu :
ü
Kemampaun untuk mengkritik pembuktian. Hal ini berupa kemampuan
siswa untuk memberi komentar, mengupas, menambah, mengurangi, atau menyusun
kembali suatu pembuktian matematika yang telah dipelajarinya.
ü
Kemampuan untuk merumuskan dan memvalidasi generalisasi. Tahap
ini sejalan dengan tahap analisis, tetapi lebih kompleks. Dalam tahap ini,
siswa dituntut untuk merumuskan dan memvalidasi suatu hubungan. Dalam hal ini,
ia bisa diminta menemukan dan membuktikan pernyataan matematika atau menentukan
suatu algoritma dan membuktikannya.
Contoh
daftar kata kerja C6 yaitu: Menilai, mengkritik, menimbang, memutuskan,
memperjelas, dsb.
B. Domain Afektif
a. Penerimaan (Receiving/Attending) – A1
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu
fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan
perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
b. Tanggapan (Responding) – A2
Memberikan reaksi terhadap fenomena
yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam
memberikan tanggapan.
c. Penghargaan (Valuing) – A3
Berkaitan dengan harga atau nilai yang
diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar
pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam
tingkah laku.
d. Pengorganisasian (Organization) – A4
Memadukan nilai-nilai yang berbeda,
menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang
konsisten.
e. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or
Value Complex) – A5
Memiliki sistem nilai yang
mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya hidupnya.
C. Domain Psikomotor
a.
Peniruan – P1
Terjadi ketika siswa mengamati suatu
gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi
koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk
global dan tidak sempurna.
b.
Manipulasi – P2
Menekankan perkembangan kemampuan
mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu
penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut
petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c.
Ketetapan – P3
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian
yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan
kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
d.
Artikulasi – P4
Menekankan koordinasi suatu rangkaian
gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau
konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
Masalah-masalah dalam pembelajaran
Berdasarkan gambaran diatas, maka masalah-masalah
dalam pembelajaran terdiri dari apa saja jenisnya dalam pembelajaran, apa
faktor menyebabkan timbulnya masalah pembelajaran, serta bagaimana upaya
penetasan masalah belajar itu sendiri.
A.
Jenis Masalah Belajar
Pada
intnya siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar ketika hasil atau tujuan tidak
sesuai dengan target yang di harapkan.
Prayitno
(Herman dkk, 2006:149-150) mengemukakan masalah belajar sebagai berikut:
ü Keterampilan
Akademik, dimana siswa memiliki intelegensi yang baik, namun dia tidak mampu
mengoptimalkan.
ü Keterampilan
dalam Belajar, dimana siswa yang memiliki IQ tinggi, tapi masih memerlukan
dorongan lain.
ü Sangat
Lambat dalam Belajar, dimana siswa memiliki akademik yang kurang baik, sehingga
perlu pertimbangan khusus.
ü Kurang
Motivasi dalam Belajar, dimana siswa terlihat lebih malas dalam belajar.
ü Bersikap
dan Berkebiasaan Buruk dalam Belajar, dimana pikiran siswa di isi dengan
hal-hal yang negative.
B.
Faktor Penyebab Timbulnya Masalah Belajar
Dalam
timbulnya masalah belajar, didasari oleh dua faktor. Yang pertama adalah faktor
internal (dalam diri). Faktor internal sendiri meliputi faktor psikologis dan factor
fisiologis. Faktor psikologis tergantung pada intelegensi, bakat serta minat. Sedangkan
faktor fisiologis tergantung pada keadaan fisik dari siswa.
Faktor
kedua adalah faktor eksternal (lingkungan). Dalam faktor eksternal ini terdapat
faktor lingkungan sekolah, dimana didalamnya terdapat aspek metode mengajar,
interaksi yang terjadi dari semua pihak, serta sarana dan prasarana. Selain faktor
lingkungan sekolah ada juga faktor keluarga, hal ini meliputi seperti ekonomi
keluarga, hubungan anatar keluarga, atau pun tuntutan orang tua. Serta yang
terakhir dari faktor eksternal adalah lingkungan masyarakat.
C.
Upaya Pengentasan Masalah Belajar
Agar
siswa tidak terus berada dalam masalah belajar, maka diperlukan bantuan yang
diberikan kepada siswa, yang nantinya akan mampu mengembangkan siswa secara
optimal. Menurut Prayitno (Herman dkk, 2006:159-160) masalah belajar siswa
dapat dientaskan melalui :
1.
Perbaikan pengajaran, merupakan layanan untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar siswa.
2.
Program pengayaan, merupakan layanan bagi siswa
yang belajar dengan sangat cepat.
3.
Peningkatan motivasi belajar, semua staff yang
terlibat diusahakan untuk membantu siswa meningkatkan motivasi belajarnya baik
melalui minat ataupun bakat siswa.
4.
Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik,
penerapan sikap dan kebiasaan siswa untuk belajar efektif.
5.
Layanan konseling individual, mengupayakan adanya
penetasan masalh dari apa yang disampaikan siswa kepada konselor.
Referensi: