Selasa, 10 Desember 2013

0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Taksonomi Bloom dan Masalah dalam Pembelajaran

Taksonomi Bloom
Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan. Ia bersama timnya menganalisis perilaku belajar akademik, dimana menghasilkan tiga ketegori perilaku belajar dan saling melengkapi (overlapping). Tiga kategori belajar itu adalah domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotor.
Domain kognitif, meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan keahlian mentalitas. Domain afektif, meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan. Sedangkan domain psikomotor, berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan fisik.
A.  Domain Kognitif
a.     Pengetahuan – C1
Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom.“Aspek pengetahuan menekankan pada proses mental dalam mengingat dan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka peroleh sebelumnya” (Suherman, dkk., 2001). Informasi-informasi yang dimaksud disini berkaitan dengan simbol-simbol matematika, terminologi dan peristilahan, fakta-fakta, keterampilan dan prinsip-prinsip. Secara terinci, jenjang pengetahuan ini mencakup hal – hal seperti berikut ini :
ü  Pengetahuan tentang fakta yang spesifik. Dalam hal ini siswa dituntut untuk mengingat kembali materi yang mirip sama dengan materi yang telah dipelajarinya dalam kegiatan belajar mengajar. Missal, diberikan beberapa bilangan cacah dan bukan bilangan cacah, siswa ( kelas I SMP ) dapat memilih bilangan yang bukan anggota bilangan cacah.
ü  Pengetahuan tentang terminology. Dalam hal ini siswa dituntut untuk mengingat kembali istilah – istilah atau symbol – symbol yang berkenaan dengan konsep matematika. Missal, siswa dapat mengingat kembali definisi himpunan kosong.
ü  Kemampuan untuk mengerjakan algoritma ( manipulasi ) rutin.
Contoh daftar kata kerja C1 yaitu: Mengutip, menyebutkan, menjelaskan, menggambar, membilang, mengidentifikasi, mendaftar, menunjukan, memberi label, memberi indek, membaca, menandai, menghafal, memcatat, mengulang, memilih, menyatakan, dsb.
b.    Pemahaman – C2
“Aspek pemahaman adalah tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognisi yang berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang sesuatu” (Suherman, dkk., 2001). Dalam tingkatan ini siswa diharapkan mampu memahami ide-ide matematika bila mereka dapat menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu menghubungkan dengan ide-ide lain dengan segala implikasinya. Secara teperinci, jenjang kognitif tahap pemahaman ini mencakup hal – hal berikut :
ü  Pemahaman konsep. Suatu konsep terbentuk dari komponen konsep, dan komponen ini merupakan suatu fakta yang spesifik. Dengan demikian suatu konsep dapat dipandang sebagai kumpulan fakta spesifik yang saling terkait secara fungsional. Misal, siswa dapat mengurutkan bilangan rasional, dari yang terkecil ke yang terbesar.
ü  Pemahaman prinsip, aturan dan generalisasi. Soal – soal yang berkenaan dengan aspek ini berkenaan dengan hubungan antara konsep dan elemennya. Missal, siswa dapat menentukan sifat yang berlaku pada suatu pecahan.
Pemahaman terhadap struktur matematika. Soal yang berkenaan dengan jenjang kognitif ini menuntut siswa untuk memahami tentang sifat – sifat dasar dalam struktur matematika. Missal, dengan menggunakan sifat distributive, siswa dapat mencari nilai dari variable dalam suatu persamaan.
ü  Kemampuan untuk membuat transformasi. Kemampuan ini dimaksudkan sebagai kemampuan siswa untuk mengubah suatu bentuk matematika tertentu menjadi bentuk lainnya. Missal, siswa dapat mengubah bentuk pecahan biasa menjadi pecahan decimal.
ü  Kemampuan untuk mengikuti pola berpikir. Matematika kebanyakan disajikan secara deduktif formal. Kemampuan untuk dapat mengikutinya disebut kemampuan mengikuti pola berpikir matematik. Missal, jika ditentukan dua segitiga sama kaki berimpit alasnya, siswa dapat membuktikan bahwa selisih antar sudut – sudut alasnya sama.
ü  Kemampuan untuk membaca dan menginterpretasikan masalah sosial atau data matematika. Misal, siswa dapat mengubah susatu permasalahan ke dalam bentuk matematika serta menentukan penyelesaiannya.
Contoh daftar kata kerja C2 yaitu: Memperkirakan, menjelaskan, merinci, membandingkan, menghitung, menguraikan, membedakan, mendiskusikan, mencontohkan, menerangkan, menyimpulkan, dsb.
c.     Penerapan atau aplikasi – C3
Menerapkan aplikasi ke dalam situasi baru bila tetap terjadi proses pemecahan masalah. Pada aplikasi ini siswa dituntun memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abseksi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam situasi baru dan menerapkannya secara benar. Secara teperinci, jenjang kognitif tahap penerapan ini mencakup hal – hal berikut :
ü  Kemampuan untuk menyelesaikan masalah rutin. Masalah rutin adalah masalah atau soal yang materinya sejenis dengan bahan pelajaran, begitupun cara penyelesaiannya. Missal, siswa dapat menentukan sebuah bilangan dalam basis 7 yang merupakan bilangan prima ganjil.
ü  Kemampuan untuk membandingkan. Soal yang masuk ke dalam tahap ini menuntut siswa untuk dapat menentukan hubungan antara dua kelompok informasi atau lebih kemudian memberikan penialian berupa keputusan. Perhitungan bisa digunakan dan pengetahuan yang relevan biasanya diperlukan. Kemampuan penalaran dan berpikir logic sangat diperlukan. Missal, diberikan beberapa buah data, siswa dapat menentukan data terbesar dan rata – ratanya.
ü  Kemampuan untuk menganalisis data. Kemampuan ini melibatkan kemampuan membaca, mengumpulkan, menginterpretasikan, dan memanipulasi informasi. Kemampuan lainnya adalah menilai suatu permasalahan ke dalam bagian – bagian sehingga dapat dibedakan antara informasi yang relevan dengan yang tidak relevan, serta mampu untuk mengaitkan setiap sub masalah. Missal, siswa dapat mengidentifikasi dan mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapi.
ü  Kemampuan mengenal pola, isomorfisme, dan simetri. Kemapuan ini melibatkan kemampuan mengingat kembali informasi yang relevan, mentransformasi, komponen – komponen masalah, memanipulasi data dan mengenal hubungan. Missal, ditentukan sebuah kesamaan dengan beberapa variable, siswa dapat mencari nilai salah satu variabelnya dinyatakan ndengan variable lain.
Contoh daftar kata kerja C3 yaitu: Menugaskan, menentukan, menyesuaikan, menghitung, mengurutkan, menggambarkan, menilai, melatih, mengemukakan, menyelidiki, dsb.
d.    Analisis – C4
Dalam analisis, seseorang dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuknya. Tahap analisis ini dibagi menjadi 3, yaitu :
ü  Analisis terhadap elemen. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk mampu mengidentifikasi unsure – unsure yang terkandung dalam suatu hubungan. Missal, dengan menggunakan suatu konsep pemfaktoran siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian suatu persamaan eksponen.
ü  Analisis Hubungan. Dalam hal ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengecek ketepatan hubungan dan interaksi antara unsure – unsure dalam soal, kemudian  membuat keputusan sebagai penyelesaiannya. Missal, siswa dapat menentukan nilai variable dari suatu persamaan kuadrat.
ü  Analisis tehadap aturan. Hal ini dimaksudkan sebagai analisis tentang pengorganisasian, sistematika dan struktur yang ada hubungannya satu sama lain.
Contoh daftar kata kerja C4 yaitu: Memerinci, mengkorelasikan, menguji, mengarahkan, menemukan, menelaah, mengaitkan, dsb.
e.     Sintesis – C5
Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada. Tahap sintesis ini dibagi menjadi 2, yaitu :
ü  Kemampuan untuk menemukan hubungan. Soal – soal yang berkenaan dengan tahap ini berupa kemampuan siswa untuk menyusun kembali elemen – elemen masalah dan merumuskan suatu hubungan dengan penyelesaiannya. Missal, siswa dapat menentukan letak suatu tempat dari tempat tertentu dengan menggunakan perbandingan.
ü  Kemampuan untuk menyusun pembuktian. Perlu diketahui bahwa membuktikan bukan berarti memberi contoh, meskipun contoh itu sebanyak – banyaknya. Jadi membuktikan tidak boleh melalui contoh, pembuktian matematika sifatnya harus berlaku umum ( deduktif formal ) setelah itu untuk memperjelas bisa diberikan contoh.
Contoh daftar kata kerja C5 yaitu: Mengumpulkan, mengkombinasikan, membangun, menghubungkan, memperjelas, menyimpulkan, menggeneralisasi, dsb.
f.     Evaluasi atau create – C6
Seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkam suatu kriteria tertentu. Tahap evaluasi  ini dibagi menjadi 2, yaitu :
ü  Kemampaun untuk mengkritik pembuktian. Hal ini berupa kemampuan siswa untuk memberi komentar, mengupas, menambah, mengurangi, atau menyusun kembali suatu pembuktian matematika yang telah dipelajarinya.
ü  Kemampuan untuk merumuskan dan memvalidasi generalisasi. Tahap ini sejalan dengan tahap analisis, tetapi lebih kompleks. Dalam tahap ini, siswa dituntut untuk merumuskan dan memvalidasi suatu hubungan. Dalam hal ini, ia bisa diminta menemukan dan membuktikan pernyataan matematika atau menentukan suatu algoritma dan membuktikannya.
Contoh daftar kata kerja C6 yaitu: Menilai, mengkritik, menimbang, memutuskan, memperjelas, dsb.

B.  Domain Afektif
a.    Penerimaan (Receiving/Attending) – A1
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
b.    Tanggapan (Responding) – A2
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
c.    Penghargaan (Valuing) – A3
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
d.    Pengorganisasian (Organization) – A4
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
e.    Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex) – A5
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya hidupnya.

C.  Domain Psikomotor
a.    Peniruan – P1
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
b.    Manipulasi – P2
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c.    Ketetapan – P3
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
d.    Artikulasi – P4
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.



Masalah-masalah dalam pembelajaran

Berdasarkan gambaran diatas, maka masalah-masalah dalam pembelajaran terdiri dari apa saja jenisnya dalam pembelajaran, apa faktor menyebabkan timbulnya masalah pembelajaran, serta bagaimana upaya penetasan masalah belajar itu sendiri.
A.   Jenis Masalah Belajar
Pada intnya siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar ketika hasil atau tujuan tidak sesuai dengan target yang di harapkan.
Prayitno (Herman dkk, 2006:149-150) mengemukakan masalah belajar sebagai berikut:
ü  Keterampilan Akademik, dimana siswa memiliki intelegensi yang baik, namun dia tidak mampu mengoptimalkan.
ü  Keterampilan dalam Belajar, dimana siswa yang memiliki IQ tinggi, tapi masih memerlukan dorongan lain.
ü  Sangat Lambat dalam Belajar, dimana siswa memiliki akademik yang kurang baik, sehingga perlu pertimbangan khusus.
ü  Kurang Motivasi dalam Belajar, dimana siswa terlihat lebih malas dalam belajar.
ü  Bersikap dan Berkebiasaan Buruk dalam Belajar, dimana pikiran siswa di isi dengan hal-hal yang negative.
B.    Faktor Penyebab Timbulnya Masalah Belajar
Dalam timbulnya masalah belajar, didasari oleh dua faktor. Yang pertama adalah faktor internal (dalam diri). Faktor internal sendiri meliputi faktor psikologis dan factor fisiologis. Faktor psikologis tergantung pada intelegensi, bakat serta minat. Sedangkan faktor fisiologis tergantung pada keadaan fisik dari siswa.
Faktor kedua adalah faktor eksternal (lingkungan). Dalam faktor eksternal ini terdapat faktor lingkungan sekolah, dimana didalamnya terdapat aspek metode mengajar, interaksi yang terjadi dari semua pihak, serta sarana dan prasarana. Selain faktor lingkungan sekolah ada juga faktor keluarga, hal ini meliputi seperti ekonomi keluarga, hubungan anatar keluarga, atau pun tuntutan orang tua. Serta yang terakhir dari faktor eksternal adalah lingkungan masyarakat.
C.    Upaya Pengentasan Masalah Belajar
Agar siswa tidak terus berada dalam masalah belajar, maka diperlukan bantuan yang diberikan kepada siswa, yang nantinya akan mampu mengembangkan siswa secara optimal. Menurut Prayitno (Herman dkk, 2006:159-160) masalah belajar siswa dapat dientaskan melalui :
1.     Perbaikan pengajaran, merupakan layanan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar siswa.
2.    Program pengayaan, merupakan layanan bagi siswa yang belajar dengan sangat cepat.
3.    Peningkatan motivasi belajar, semua staff yang terlibat diusahakan untuk membantu siswa meningkatkan motivasi belajarnya baik melalui minat ataupun bakat siswa.
4.    Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, penerapan sikap dan kebiasaan siswa untuk belajar efektif.
5.    Layanan konseling individual, mengupayakan adanya penetasan masalh dari apa yang disampaikan siswa kepada konselor.

















Referensi:

Kamis, 28 November 2013

0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Teori Belajar Humanistik


A.  Konsep Dasar
Tujuan belajar dari teori ini adalah “memanusiakan manusia” yang mana nantinya akan mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupannya. Teori belajar humanistik menitik beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan. Dimana kebebasan itu masih dalam ranah pengontrolan. Pendidikan yang efektifnya adalah pendidikan yang mengedepankan minat siswa dan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan siswa. Teori humanistik pun diterapkan dalam pembelajaran dan menekankan kognitif dan memengaruhi proses. Menurut teori humanistik ini, belajar dianggap berhasil jika siswa mampu memahami dirinya sendiri dan lingkungannya.
B.  Karakteristik Teori Humanistik
1.     Mementingkan manusia sebagai pribadi
2.     Mementingkan kebulatan pribadi (motivasi yag ada dalam diri)
3.     Mementingkan peranan kognitif dan afektif
4.     Mengutamakan terjadinya aktualisasi diri dan self concept
5.     Mementingkan persepsual subjektif yang dimiliki tiap individu
6.     Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri
7.     Mengutamakan insight (pengetahuan/pemahaman) (Suprayogi, 2005).
C.  Prinsip Teori Humanistik
1.     Manusia memiliki kemampuan alami untuk belajar
2.     Belajar menjadi signifikan apabila apa yang dipelajari memiliki   relevansi dengan keperluan mereka
3.     Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
4.     Tugas belajar dapat lebih diterima dan diasimilasikan apabila ancaman dari luar itu semakin kecil
5.     Bila ancaman itu rendah terdapat pengalaman siswa dalam memperoleh cara
6.     Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya
7.     Belajar lancar jia siswa dilibatkan dalam proses belajar
8.     Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
9.     Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
10.   Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar
D.  Implementasi terhadap Pembelajaran
a.   Guru Sebagai Fasilitator :
ü  Memberi perhatian dan motivasi
ü  Membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum
ü  Memahami karakteristik siswa
ü  Mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
ü  Dapat menyesuaikan dirinya bersama siswanya
ü  Berbaur dengan siswanya, berkomunikasi dengan sangat baik bersama siswanya
ü  Dapat memahami dirinya dan tentunya agar dapat memahami siswanya
b.   Implementasi terhadap Pembelajaran :
ü  Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat.
ü  Guru menerima siswa apa adanya
ü  Evaluasi didirikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
c.   Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
ü  Merumuskan tujuan belajar yang jelas
ü  Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
ü  Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
ü  Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
ü  Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung risiko dari perilaku yang ditunjukkan.
ü  Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
ü  Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
ü  Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
E.  Tokoh-Tokoh dalam Teori Humanistik
1.   Abraham Maslow
Teori Maslow yang menekankan pada motivasi untuk mengembangkan potensi seseorang secara penuh.
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
1)     Suatu usaha yang positif untuk berkembang
2)    Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan
Kebanyakan tindakan manusia menampilkan usaha untuk memuaskan kebutuhan. Kebutuhan bersifat hirarki. Faktor-faktor yang memengaruhi adanya perbedaan tingkat kebutuhan itu antara lain latar belakang pendidikan, tinggi rendahnya kedudukan, pengalaman masa lampau, pandangan atau falsafah hidup, cta-cita dan harapan masa depan, dari tiap individu. Kebutuhan di tingkat yang lebih rendah harus dipuaskan secara cukup sebelum kebutuhan di urutan yang lebih tinggi bias memengaruhi perilaku.
Berdasarkan teori Maslow, terdapat piramida yang terdiri dari kebutuhan fisiologis, maksudnya adalah kebutuhan manusia akan sandang, pangan dan papan. Berikutnya ada kebutuhan rasa aman dan perlindungan, maksudnya adalah kebutuhan akan perlindungan baik oleh keluarga, masyarakat, atau siapapun dalam lingkungannya. Selanjutnya adalah kebutuhan social, ini merupakan kebutuhan yang berhubungan dengan sifat manusia, yaitu manusia social. Lalu ada juga kebutuhan penghargaan, maksudnya dengan kata lain adalah pemotivasian pada dirinya. Dan yang terakhir adalah aktualisasi diri, jadi empat aspek tadi di aktualisasikan dalam kehidupannya.
2.   Carl Ransom Rogers
Teori Rogers membahas pembelajaran dan pengajaran.
Rogers (1969) meyakini bahwa orang-orang memiliki potensi alamiah untuk belajar dan mau belajar.
Rogers dan Pendidikan. Rogers membahas pendidikan dalam bukunya Freedom to Learn. Pembelajaran yang bermakna dialami memilki kaitan dengan keutuhan seseorang, memilki keterlibatan personal (melibatkan kognisi dan perasaan pembelajar), diawali oleh diri sendiri (dorongan untuk belajar berasal dari dalam diri, meresap (memengaruhi perilaku, sikap, dan kepribadian pembelajar), dan dievaluasi oleh siswa.
Pembelajaran yang penuh makna berbeda dengan pembelajaran tanpa makna, yang tidak membuat siswa menyatu dengan pembelajarannya.
Kebutuhan individu ada 4, yaitu :
1)     Pemeliharaan
2)    Peningkatan diri
3)    Penghargaan positif (positive regard)
4)    Penghargaan diri yang positif (positive self regard)
3.   Arthur Combs
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bias memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.
Bersama dengan Donald Syngg (1904-1967), mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (maka atau arti) dalah konsep dasar yang sering digunakan. Untuk dapat mengerti tingkah laku manusia, yang penting adalah mengerti bagaimana duni ini dilihat dari sudut pandangnya. Pandangan ini adalah salah satu dari pandangannya.
4.   Kolb
Berikut 4 tahap belajar menurut Kolb:
1)     Tahap pengalaman kongkrit : Seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya.
2)    Tahap pengalaman aktif dan reflektif : Seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya.
3)    Tahap konseptualisasi : Seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sessuatu yang menjadi objek perhatiannya.
4)    Tahap eksperimentasi aktif : Melakukan eksperimentasi secara aktif
5.   Honey dan Mumford
4 Golongan orang belajar menurut Honey dan Mumford:
1)     Kelompok aktivis : mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuanuntuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
2)    Golongan Reflektor : Mempunyai kecendrungan yang berlawanan dengan mereka yang termasuk kelompok aktivis.
3)    Kelompok Teoritis : Mereka memilki kecendrungan yang sangat kritis, suka menganalisis, selalu berpikir rasional dengan menggunakan penalarannya.
4)    Golongan Pragmatis : Mereka memiliki sifat-sifat praktis, tidak suka berpanjang lebar dengan teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil, dan sebagainya.
6.   Habermas
Belajar akan terjadi jika adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya.
3 Tipe Belajar berdasar Habermas:
1)     Belajar Teknis (technical learning) : Belajar teknis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar.
2)    Belajar Praktis (practical learning) : Belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilinnya dengan baik.
3)    Belajar Emansipatoris menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau informasi budaya dalam lingkungan sosialnya.
7.   Bloom dan Krathwohl
3 Kawasan yang mungkin dipelajari :
1)     Kognitif : Pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi.
2)    Psikomotor : Peniruan, penggunaan, ketepatan, perangkaian, naturalisasi.
3)    Afektif : Pengenalan, merespon, penghargaan, pengorganisasian, pengalaman.
F.  Kelebihan dan Kekurangan Teori Humanistik
a.   Kelebihan
ü  Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena sosial.
ü  Siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar,.
ü  Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiran siswa.
ü  Siswa mempunyai banyak pengalaman yang berarti
ü  Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
ü  Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang dan bergairah
ü  Terjadinya perubahan pola pikir
ü  Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang-orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku
ü  Siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisai diri dengan sebaik-baiknya.
b.   Kekurangan
ü  Bersifat individual.
ü  Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung.
ü  Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis
ü  Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
ü  Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
ü  Siswa tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar
ü  Peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi berkurang
ü  Keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri