Kamis, 28 November 2013

0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Teori Belajar Humanistik


A.  Konsep Dasar
Tujuan belajar dari teori ini adalah “memanusiakan manusia” yang mana nantinya akan mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupannya. Teori belajar humanistik menitik beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan. Dimana kebebasan itu masih dalam ranah pengontrolan. Pendidikan yang efektifnya adalah pendidikan yang mengedepankan minat siswa dan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan siswa. Teori humanistik pun diterapkan dalam pembelajaran dan menekankan kognitif dan memengaruhi proses. Menurut teori humanistik ini, belajar dianggap berhasil jika siswa mampu memahami dirinya sendiri dan lingkungannya.
B.  Karakteristik Teori Humanistik
1.     Mementingkan manusia sebagai pribadi
2.     Mementingkan kebulatan pribadi (motivasi yag ada dalam diri)
3.     Mementingkan peranan kognitif dan afektif
4.     Mengutamakan terjadinya aktualisasi diri dan self concept
5.     Mementingkan persepsual subjektif yang dimiliki tiap individu
6.     Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri
7.     Mengutamakan insight (pengetahuan/pemahaman) (Suprayogi, 2005).
C.  Prinsip Teori Humanistik
1.     Manusia memiliki kemampuan alami untuk belajar
2.     Belajar menjadi signifikan apabila apa yang dipelajari memiliki   relevansi dengan keperluan mereka
3.     Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
4.     Tugas belajar dapat lebih diterima dan diasimilasikan apabila ancaman dari luar itu semakin kecil
5.     Bila ancaman itu rendah terdapat pengalaman siswa dalam memperoleh cara
6.     Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya
7.     Belajar lancar jia siswa dilibatkan dalam proses belajar
8.     Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
9.     Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
10.   Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar
D.  Implementasi terhadap Pembelajaran
a.   Guru Sebagai Fasilitator :
ü  Memberi perhatian dan motivasi
ü  Membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum
ü  Memahami karakteristik siswa
ü  Mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
ü  Dapat menyesuaikan dirinya bersama siswanya
ü  Berbaur dengan siswanya, berkomunikasi dengan sangat baik bersama siswanya
ü  Dapat memahami dirinya dan tentunya agar dapat memahami siswanya
b.   Implementasi terhadap Pembelajaran :
ü  Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat.
ü  Guru menerima siswa apa adanya
ü  Evaluasi didirikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
c.   Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
ü  Merumuskan tujuan belajar yang jelas
ü  Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
ü  Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
ü  Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
ü  Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung risiko dari perilaku yang ditunjukkan.
ü  Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
ü  Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
ü  Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
E.  Tokoh-Tokoh dalam Teori Humanistik
1.   Abraham Maslow
Teori Maslow yang menekankan pada motivasi untuk mengembangkan potensi seseorang secara penuh.
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
1)     Suatu usaha yang positif untuk berkembang
2)    Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan
Kebanyakan tindakan manusia menampilkan usaha untuk memuaskan kebutuhan. Kebutuhan bersifat hirarki. Faktor-faktor yang memengaruhi adanya perbedaan tingkat kebutuhan itu antara lain latar belakang pendidikan, tinggi rendahnya kedudukan, pengalaman masa lampau, pandangan atau falsafah hidup, cta-cita dan harapan masa depan, dari tiap individu. Kebutuhan di tingkat yang lebih rendah harus dipuaskan secara cukup sebelum kebutuhan di urutan yang lebih tinggi bias memengaruhi perilaku.
Berdasarkan teori Maslow, terdapat piramida yang terdiri dari kebutuhan fisiologis, maksudnya adalah kebutuhan manusia akan sandang, pangan dan papan. Berikutnya ada kebutuhan rasa aman dan perlindungan, maksudnya adalah kebutuhan akan perlindungan baik oleh keluarga, masyarakat, atau siapapun dalam lingkungannya. Selanjutnya adalah kebutuhan social, ini merupakan kebutuhan yang berhubungan dengan sifat manusia, yaitu manusia social. Lalu ada juga kebutuhan penghargaan, maksudnya dengan kata lain adalah pemotivasian pada dirinya. Dan yang terakhir adalah aktualisasi diri, jadi empat aspek tadi di aktualisasikan dalam kehidupannya.
2.   Carl Ransom Rogers
Teori Rogers membahas pembelajaran dan pengajaran.
Rogers (1969) meyakini bahwa orang-orang memiliki potensi alamiah untuk belajar dan mau belajar.
Rogers dan Pendidikan. Rogers membahas pendidikan dalam bukunya Freedom to Learn. Pembelajaran yang bermakna dialami memilki kaitan dengan keutuhan seseorang, memilki keterlibatan personal (melibatkan kognisi dan perasaan pembelajar), diawali oleh diri sendiri (dorongan untuk belajar berasal dari dalam diri, meresap (memengaruhi perilaku, sikap, dan kepribadian pembelajar), dan dievaluasi oleh siswa.
Pembelajaran yang penuh makna berbeda dengan pembelajaran tanpa makna, yang tidak membuat siswa menyatu dengan pembelajarannya.
Kebutuhan individu ada 4, yaitu :
1)     Pemeliharaan
2)    Peningkatan diri
3)    Penghargaan positif (positive regard)
4)    Penghargaan diri yang positif (positive self regard)
3.   Arthur Combs
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bias memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.
Bersama dengan Donald Syngg (1904-1967), mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (maka atau arti) dalah konsep dasar yang sering digunakan. Untuk dapat mengerti tingkah laku manusia, yang penting adalah mengerti bagaimana duni ini dilihat dari sudut pandangnya. Pandangan ini adalah salah satu dari pandangannya.
4.   Kolb
Berikut 4 tahap belajar menurut Kolb:
1)     Tahap pengalaman kongkrit : Seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya.
2)    Tahap pengalaman aktif dan reflektif : Seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya.
3)    Tahap konseptualisasi : Seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sessuatu yang menjadi objek perhatiannya.
4)    Tahap eksperimentasi aktif : Melakukan eksperimentasi secara aktif
5.   Honey dan Mumford
4 Golongan orang belajar menurut Honey dan Mumford:
1)     Kelompok aktivis : mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuanuntuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
2)    Golongan Reflektor : Mempunyai kecendrungan yang berlawanan dengan mereka yang termasuk kelompok aktivis.
3)    Kelompok Teoritis : Mereka memilki kecendrungan yang sangat kritis, suka menganalisis, selalu berpikir rasional dengan menggunakan penalarannya.
4)    Golongan Pragmatis : Mereka memiliki sifat-sifat praktis, tidak suka berpanjang lebar dengan teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil, dan sebagainya.
6.   Habermas
Belajar akan terjadi jika adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya.
3 Tipe Belajar berdasar Habermas:
1)     Belajar Teknis (technical learning) : Belajar teknis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar.
2)    Belajar Praktis (practical learning) : Belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilinnya dengan baik.
3)    Belajar Emansipatoris menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau informasi budaya dalam lingkungan sosialnya.
7.   Bloom dan Krathwohl
3 Kawasan yang mungkin dipelajari :
1)     Kognitif : Pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi.
2)    Psikomotor : Peniruan, penggunaan, ketepatan, perangkaian, naturalisasi.
3)    Afektif : Pengenalan, merespon, penghargaan, pengorganisasian, pengalaman.
F.  Kelebihan dan Kekurangan Teori Humanistik
a.   Kelebihan
ü  Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena sosial.
ü  Siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar,.
ü  Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiran siswa.
ü  Siswa mempunyai banyak pengalaman yang berarti
ü  Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
ü  Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang dan bergairah
ü  Terjadinya perubahan pola pikir
ü  Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang-orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku
ü  Siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisai diri dengan sebaik-baiknya.
b.   Kekurangan
ü  Bersifat individual.
ü  Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung.
ü  Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis
ü  Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
ü  Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
ü  Siswa tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar
ü  Peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi berkurang
ü  Keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri

Rabu, 20 November 2013

0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Teori Belajar Konstruktivisme

A.   Pengertian Teori Konstruktivisme
Berasal dari kata “to construct” yang artinya membangun atau menyusun. Menurut Von Glasersfeld (dalam Anggriamurti, 2009) bahwa konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu berinteraksi dengan lingkungannya.
                        
B.    Tujuan Teori Konstruktivisme
a.   Menumbuhkan motivasi siswa bahwa belajar merupakan tanggung jawabnya sendiri;
b.    Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannnya;
c.    Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

C.    Ciri-Ciri Pembelajaran secara Konstruktivisme
a. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenarnya.
b. Menyokong pembelajaran secara koperatif mengambil kira sikap dan pembawaan murid.
c.    Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru.
d.    Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru.
e.    Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.

D.   Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
a.    Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri;
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar;
c.   Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar;
d.    Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa;
e.    Mencari dan menilai pendapat siswa.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.

E.    Teori Belajar Konstruktivisme Menurut Ahli
1.     Teori Belajar Konstruktivisme Jean Piaget
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau mediator. Tetapi meskipun  sebagai fasilitator dan mediator, guru tetap melakukan evaluasi-evaluasi bagi muridnya. Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Proses tersebut meliputi:
1. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang.
2.    Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Selain itu, asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Atau dengan kata lain, asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.
3.    Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada.
4.  Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya (skemata). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Belajar merupakan proses untuk membangun penghayatan terhadap suatu materi yang disampaikan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61).
Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak. Pada teori ini konsekuensinya adalah siswa harus memiliki ketrampilan unutk menyesuaikan diri atau adaptasi secara tepat.

2.    Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky
Vygotsky menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial.  Konstruktivisme ini oleh Vygotsky disebut konstruktivisme sosial. Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky, yaitu:
a.    Zone of Proximal Development (ZPD)
Merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu.
b.    Scaffolding
Merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya (Slavin, 1997). Scaffolding merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan memecahkan masalah.  Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri.

F.    Hakikat Anak Menurut Teori Belajar Konstruktivisme
Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61).
Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme.
Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995: 222) mengajukan karakteristik sebagai berikut:
1.     Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan.
2.    Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa.
3.    Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal.
4.    Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas.
5.    Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.
Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.

G.    Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran
1.     Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi,
2.    Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3.    Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik

H.   Kelebihan dan Kekurangan Teori Konstruktivisme
a.    Kelebihan
ü  Berfikir: Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat keputusan.
ü  Faham : Oleh ksrana murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
ü  Ingat : Oleh karana murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
ü  Kemahiran sosial : Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
ü  Seronok : Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.
b.    Kelemahan
ü  Dapat lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik sepertinya kurang begitu mendukung.