Kamis, 07 November 2013

Resume Teori Behaviorisme

A.  Konsep Dasar Aliran Behaviorisme
Aliran behaviorisme merupakan pendekatan-pendekatan dalam psikologis yang didasarkan atas proporsi (gagasan awal) bahwa perilaku  dapat dipelajari & dijelaskan secara ilmiah. Aliran ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan kepada perlunya perilaku (behavior) yang dapat diamati. Pembelajaran behaviorisme bersifat molekular, artinya lebih menekankan kepada elemen-elemen pembelajaran, memandang kehidupan individu terdiri dari unsur-unsur seperti halnya molekul. Para ahli behaviorisme berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara Stimulus (S) dengan Respon (R). Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah adanya input berupa stimulus dan output yang berupa respon. Secara umum konsep belajar menurut para behavioris dapat dinyatakan seperti yang dinyatakan oleh DiVesta dan Thompson (1979:11):

Perilaku/pribadi sebelum belajar (pre-learning)--àPengalaman, praktik, latihan (learning experiences)--àPerilku/pribadi sesudah belajar (post-learning)

B.   Ciri Rumpun Aliran Teori Behaviorisme
1.       Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil;
2.       Bersifat mekanistis;
3.       Menekankan peranan lingkungan;
4.       Mementingkan pembentukan respon;
5.       Menekankan pentingnya latihan.
C.   Teori –Teori Belajar dalam Aliran Behaviorisme
Uraian tentang sejumlah teori belajar berbasis behaviorisme adalah sebagai berikut:
a.     Koneksionisme, Menurut Edward Lee Thorndike
Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain merupakan hubungan antara stimulus (perangsang) dengan respon (jawaban, tanggapan, reaksi), teori ini sering di istilahkan “S-R bond theory” atau “S-R psychology of learning”. Menurut teori ini belajar adalah pembentukan S-R sebanyak-banyaknya. Siapa yang menguasai hubungan S-R sebanyak-banyaknya, yaitu orang yang sukses dalam belajar. Pembentukan hubungan S-R dilakukan melalui latihan dan ulangan-ulangan, dengan prinsip trial and error (coba dan salah). Ciri-ciri pembelajaran trial and error learning sendiri yaitu (1) ada motif pendorong aktivitas; (2) ada berbagai respons terhadap situasi; (3) ada eliminasi repon-respon terhadap situasi; (4) ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya.
Thorndike melakukan percobaan dengan seekor kucing. Seekor kucing yang kelaparan dimasukan dalam satu kotak percobaan (problem box) yang merupakan suatu labyrinth, banyak jalan berliku, menyesatkan dan hanya satu jalan yang benar menuju tujuan. Di ujung problem box, dimasukan makanan, kucing yang kelaparan itu mencium bau makanan, maka dia akan berusaha mencapai makanan itu dengan berbagai jalan, seringkali tersesat, kembali berputar ke semula, atau menemui jalan buntu. Namun, sekali kucing menemukan jalan ke arah makanan, pada percobaan berikutnya dia akan melalui jalan yang langsung menuju makanan.
Beberapa hukum belajar yang dikemukakan Thorndike antara lain:
1.     Law of Readiness (hukum kesiapan), maknanya suatu kesiapan terjadi berlandaskan asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan suatu pengantar (conduction unit), unit-unit inilah yang menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Pada implementasinya, belajar akan lebih berhasil bila individu memiliki kesiapan untuk melakukannya.
2.     Law of Exercise (hukum latihan), hubungan antara S dengan R akan semakin bertambah erat jika sering dilatih dan akan semakin berkurang bila jarang dilatih. Dengan demikian, belajar akan berhasil apabila banyak latihan atau ulangan-ulangan.
3.     Law of Effect (hukum efek), jika sebuah respon (R), menghasilkan efek yang memuaskan, maka ikatan antara stimulus (S) dengan respon (R) akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai melalui respon, maka semakin lemah pula ikatan yang terjadi antara S-R. Artinya belajar akan lebih semangat apabila mengetahui akan mendapatkan hasil yang baik.
Tetapi teori Thorndike ini mendapatkan revisi. Dimana yang direvisi adalah hukum latihan dan akibat, karena hukum tersebut tidak sesuai dalam sebuah proses pembelajaran.
b.     Teori Belajar Classical Conditioning, Menurut Ivan Pavlov
Teori pengkondisian klasik merupakan perkembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme. Objek eksperimen Pavlov, yaitu seekor anjing. Teori ini dilatarbelakangi oleh percobaan Pavlov tentang keluarnya air liur anjing. Air liur akan keluar, apabila anjing melihat atau mencium  bau makanan. Terlebih dahulu Pavlov membunyikan bel sebelum anjing diberi makanan. Pada percobaan berikutnya begitu mendengar bel, otomatis air liur anjing akan keluar, walaupun belum melihat makanan, artinya perilaku individu dapat dikondisikan. Belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respon terhadap sesuatu. Kebiasaan makan atau mandi pada jam tertentu, kebiasaan belajar atau lainnya dapat terbentuk dengan pengkondisian.
Hukum belajar yang dikemukakan Pavlov:
1.     Law of Respondent Conditioning (hukum pembiasaan yang dituntut). Jika dua macam stimulus dihadirkan secara serentak (dengan salah satunya berfungsi sebagai reinforce) maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
2.     Law of Respondent Extinction (hukum pemusnahan yang dituntut). Jika refleks yang sudah diperkuat melalui respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforce, maka kekuatannya akan menurun.
Kemungkinan proses yang menyertai teori ini ialah (1) proses kepunahan  (extinction); (2) pemulihan spontan (pontaneous recovery); (3) generalisasi; (4) diskriminasi; (5) conditioning tingkat tinggi (higher order conditioning).
Penerapan teori classical conditioning dalam belajar {keterangan: uCS (unconditioned stimulus);  uCR (unconditioned respons); CS   (conditioning stimulus); CR   (conditioning respons)}
Kalau mata pelajaran termasuk CS, sikap guru termasuk uCS, dan respon siswa termasuk uCR atau CR, maka akan terjadi hal sebagai berikut :
1.     Mata pelajaran Fisika (CS) + guru yang asik/baik (uCS) siswa mempunyai respon positif (UR), yang berarti siswa senang pada cara guru mengajar fisika dengan baik. Kalau hal ini dilakukan berkali-kali, maka akan terjadi : mata pelajaran Fisika (CS) siswa mempunyai respon positif terhadap mata pelajaran Fisika (CR).
2.     Calistung (CS) + guru otoriter (uCS) respons siswa negatif (UR). Kalau hal ini dilakukan berkali-kali, maka akan terjadi hal sebagai berikut : mata pelajaran Calistung (CS) respons siswa terhadap mata pelajaran menggambar negatif (CR).
c.     Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
Hukum belajar yang dihasilkan dari penyelidikannya adalah Law of Contiguity atau hukum hubungan. Gabungan stimulus-stimulus yang disertai dengan gerakan, pada waktu timbul kembali akan cenderung diikuti gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variable hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan pada saat yang sama tidak ada respon lain yang terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon baru.
 Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara. Oleh karena itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan antara S dengan R bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie, berbeda dengan ahli yang lain melihat factor punishment, hukuman, memegang peran penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Prinsinya sendiri adalah sebagai berikut:
Ø  Tindakan Gerakan
-          Merupakan perilaku pokok dalam pembelajaran.
-          Pola-pola stimulus yang aktif pada sebuah respon terjadi akan cenderung menghasilkan respon tersebut jika dimunculkan berulang-ulang.
-          Gerakan (movement) merupakan perilaku spesifik yang dihasilkan dari kontraksi-kontraksi otot.
-          Tindakan adalah kelompok-kelompok gerakan berskala besar yang menghasilkan suatu hasil.
-          Contoh : memasukkan bola ke keranjang (sebuah tindakan) dapat dilakukan dengan berbagai macam gerakan.
-          Pembelajaran kontiguitas bermakna bahwa sebuah perilaku dalam sebuah situasi akan diulang ketika situasi tersebut muncul kembali.
Ø  Kekuatan Asosiatif (pemasangan)
-          Perulangan dari sebuah situasi akan menambah gerakan, mengkombinasikan gerakan-gerakan menjadi tindakan, dan membentuk tindakan dalam kondisi lingkungan yang berbeda-beda.
-          Untuk menghasilkan transfer, perilaku-perilaku harus dilatih dalam situasi-situasi, persis dimana perilaku-perilaku tersebut akan dibutuhkan seperti di meja belajar dalam kelompok kecil dan di rumah.
Ø  Imbalan dan Hukuman
-          Mekanisme pokoknya adalah kontiguitas, atau pemasangan yang tepat pada waktunya antara stimulus dan respon. Respon tersebut tidak harus memuaskan, pemasangan tanpa akibat-akibat dapat menghasilkan pembelajaran
-          Imbalan dapat membantu mencegah pembatalan pembelajaran karena imbalan mencegah respon-respon baru terasosiasikan dengan tanda-tanda stimulus.
Ø  Pembentukan dan Perubahan Kebiasaan
-          Kebiasaan adalah kecenderungan yang dipelajari untuk mengulang respon-respon yang pernah dibuat  (wood & neal, 2007)
-          Kebiasaan adalah perilaku-perilaku yang dibentuk untuk banyak tanda.
-          Kunci untuk mengubah kebiasaan adalah menemukan tanda-tanda yang memicu tindakan tersebut dan melatih respon lain terhadap tanda-tanda
-          Terdapat tiga metode untuk mengubah kebiasaan atau menghentikan kebiasaan yaitu ; ambang batas, keletihan, dan respon yang tidak sesuai
-          Hukuman tidak efektif untuk mengubah kebiasaan
d.     Teori Kondisioning Operan, Menurut B.F. (Burrus Frederick) Skinner
Teori ini berbeda dengan teori pengondisian klasik dari Pavlov, pada teori Pavlov yang diberi kondisi adalah stimulus (S)nya, tapi pada teori pengondisian operan yang diberi kondisi adalah respon (R)nya. Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah pengkondisian operan (conditioning operant) yaitu sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Menurut Skinner unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment). Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian: (1) penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding); (2) penguatan negatif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negative sendiri adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh, sedangkan  penguatan negatif ada sesuatu yang dikurangi atau dihilangkan. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu perilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. (J.W Santrock, 274).
Beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh B.F. Skinner antara lain:
1.     Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2.     Proses belajar harus mengikuti irama dari yang Mengajar.
3.     3.  Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4.     Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
5.     Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya.
Hukum-hukum belajar yang dihasilkan dari penelitian Skinner dengan objek penelitiannya tikus dan burung merpati, ialah:
1.     Law of Operant Conditioning, jika timbul perilaku diiringi dengan stimulus penguat, makan kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2.     Law of Operant Extinction, jika timbulnya perilaku operant yang telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan akan menghilang.
Kelebihan teori Skinner yaitu pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. Hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan. Sedangkan kekurangannya ialah keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa. (Margaret E. B. G. 1994)
D.   Tiga Langkah Pokok menurut Ahli Psikologi Pendidikan dalam Pembelajaran Berdasarkan Konsep Behaviorisme
1.     Tahap akuisisi, tahap perolehan pengetahuan. Dalam tahap ini siswa belajar tentang informasi baru;
2.     Tahap retensi, dalam tahap ini informasi atau keterampilan baru yang dipelajari dipraktikan sehingga siswa dapat mengingatnya selama suatu periode tertentu. Tahap ini juga disebut tahap penyimpanan (storage stage), artinya hasil belajar disimpan untuk digunakan di masa depan;
3.     Tahap transfer, kemampuan untuk mengingat kembali informasi dan menggunakannya dalam situasi baru dengan strategi-strategi lainnya.
E.   Aplikasi Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti:
1.     Tujuan pembelajaran;
2.     Sifat materi pelajaran;
3.     Karakteristik siswa;
4.     Media;
5.     Fasilitas pembelajaran yang tersedia.
F.   Metode Teori Behaviorisme
Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
G.   Kekurangan dan Kelebihan Teori Behaviorisme
Ø  Kekurangan
-          Terlalu bergantung terhadap stimulus yang diberikan
-          Terlalu berfokus pada pendidik, dan peserta didik bersifat pasif
Ø  Kelebihan
-          Peserta didik termotivasi karena adanya stimulus berupa repayment

0 komentar:

Posting Komentar