A. Definisi Teori Gestalt
Kata Gestalt
berasal dari bahasa Jerman. Arti Gestalt bisa bermacam-macam sekali, yaitu ‘form’,
‘shape’ (dalam bahasa Inggris) atau bentuk, hal, peristiwa, hakikat,
esensi ataupun totalitas. Tetapi karena kesimpangsiuran ari Gestalt dalam
bahasa lain, maka ahli sarjara di dunia sepakat menamai “Gestalt” tanpa
menerjemahkan kedalam bahasa lain. Teori ini berlaku untuk semua aspek
pembelajaran manusia, meskipun berlaku paling langsung ke persepsi dan
pemecahan masalah. Fokus
teori Gestalt sendiri adalah ide tentang pengelompokan.
B. Sejarah Munculnya Teori Gestalt
Psikologi
kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar Gestalt. Peletak dasar
psikologi Gestalt adalah Max Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang
pengamatan dan pemecahan masalah (problem solving). Lalu diikuti oleh Kurt
Koffka (1886-1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum
pengamatan; kemudian Wolfgang Kohler (1887-1959) yang meneliti tantang insight
pada simpanse. Konsep yang terpenting dari teori ini adalah insight. Insight yaitu
pengamatan/ pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antarbagian-antarbagian
di dalam suatu situasi permasalahan. Insight itu sering dihubungkan dengan
pernyataan spontan “aha” atau “oh, see-now” Oh, ini tah”..?.
C. Hukum dalam Teori Gestalt
Teori Belajar Gestalt meneliti
tentang pengamatan dan problem solving. Tapi para
Gestalis menyayangkan pembelajaran di sekolah dengan metode penghafalan
akademis. Para Gestalis mengkehendaki bahwa belajar yang baik adalah dengan
memahami pengertiannya. Beberapa
hukum gestalt dalam pengamatan adalah :
1.
Hukum Pragnanz, yang mengatakan bahwa organisasi
psikologis selalu cenderung ke arah yang bermakna atau penuh arti (pragnanz)
2.
Hukum kesamaan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang
sama cenderung membentuk gestalt (keseluruhan)
3.
Hukum kecenderungan, mengatakan bahwa hal hal yang
berdekatan cenderung berbentuk gestalt.
4.
Hukum ketertutupan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang
tertutup cenderung membentuk gestalt.
5.
Hukum kontinuitas, yang mengatakan bahwa hal-hal yang
berkesinambungan cenderung membentuk gestalt.
D. Karakteristik
Teori Gestalt
a.
Mempunyai
Hukum keterdekatan, hukum ketertutupan dan hukum kesamaan.
Hukum menurut Wertheimer
tahun 1923, dalam bukunya “Investigation
of Gestalt Theory”:
1.
Hukum
keterdekatan (Law of Proximity)
Hal-hal
yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu
totalitas.
2.
Hukum
ketertutupan (Law of Closure)
Hal-hal yang cenderung
menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
3.
Hukum
kesamaan (Law of Equivalence)
Hal-hal
yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu
kelompokatau suatu totalitas.
4.
Proses
pembelajaran secara terus – menerus dapat memperkuat jejak ingatan peserta
didik
Menurut Kurt Koffka:
i. Jejak ingatan (memory traces),
Suatu
pengalaman yang membekas di otak. Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan
secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul kembali
jika kita mempersepsikan sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.
ii. Perjalanan waktu berpengaruh terhadap
jejak ingatan.
Perjalanan
waktu itu tidak dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan
jejak, karena jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk
mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
iii. Latihan yang terus menerus akan
memperkuat jejak ingatan
5.
Adanya pemahaman
belajar Insight.
Menurut Wolfgang
Kohler, Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam
situasi permasalahan. Insight yang merupakan inti dari belajar menurut teori
gestalt, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Kemampuan
Insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang, sedangkan kemampuan
dasar itu tergantung kepada usia dan posisi yang bersangkutan dalam kelompok
(spesiesnya).
2.
Insight
dipengaruhi atau tergantung kepada pengalaman masa lalunya yang relevan.
3.
Insight tergantung
kepada pengaturan dan penyediaan lingkungannya.
4.
Pengertian
merupakan inti dari insight. Melalui pengertian individu akan dapat memecahkan
persoalan. Pengertian itulah yang dapat menjadi kendaraan dalam memecahkan
persoalan lain pada situasi yang berlainan.
5.
Apabila
insight telah di peroleh,maka dapat digunakan untuk menghadapi persoalan dalam
situasi lain.
E. Tokoh-Tokoh
Teori Gestalt
a.
Max
Wertheimer (1880-1943)
Wertheimer
adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt.
Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar
Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1916, ia bekerja di
Universitas Frankfurt di mana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestalt
yaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka.Koffka dan Kohler.
Bersama-sama
dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan
eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di
Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu
sudah menjadi asisten di sana. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu
bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah
dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia
melakukan interpretasi.
Wertheimer
dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah ia melakukan suatu eksperimen
dengan menggunakan sebuah alat yang bernama stroboskop, yaitu suatu kotak yang
didalamnya terdapat dua buah garis yang satu tegak dan yang satu melintang.
Jika kedua garis tersebut diperlihatkan secara bergantian terus menerus maka
akan tampak seakan aska garis tersebut bergerak dari melintang menjadi tegak.
Inilah yang disebut gerakan semu.
b.
Kurt Koffka
(1886-1941)
Koffka
lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Kariernya dalam psikologi dimulai sejak
dia diberi gelar doktor oleh Universitas Berlin pada tahun 1908. Pada tahun
1910, ia bertemu dengan Wertheimer dan Kohler, bersama kedua orang ini Koffka
mendirikan aliran psikologi Gestalt di Berlin. Sumbangan Koffka kepada
psikologi adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip
Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat,
sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka tentang
belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan
prinsip-prinsip psikologi Gestalt. Teorinya yang terkenal adalah Memory Trace
(jejak ingatan).
c.
Wolfgang
Kohler (1887-1967)
Kohler
lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Kohler memperoleh gelar
Ph.D pada tahun 1908 di bawah bimbingan C. Stumpf di Berlin. Ia kemudian pergi
ke Frankfurt. Saat bertugas sebagai asisten dari F. Schumman, ia bertemu dengan
Wartheimer dan Koffka.
Ia
mengadakan penyelidikan terhadap inteligensi kera. Hasil kajiannya ditulis
dalam buku betajukThe Mentality of Apes (1925). Eksperimennya adalah : seekor
simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di
dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu
melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena
usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah
memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu
ide dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan
memanjatnya untuk mencapai pisang itu.
Hal
ini menjadi kesimpulannya bahwa apabila organisme menghadapi suatu masalah atau
problem maka akan terjadi ketidak seimbangan kognitif sampai masalah itu
selesai.
F. Eksperimen Pengujian Teori Gestalt
Karya
yang signifikan tentang belajar oleh anggota Gestalt adalah karya Kohler.
Dimana dia mengasumsikan bahwa ketika suatu organisme mengalami suatu masalah
atau problem maka akan muncul suatu keadaan yang disebut disekuilibrium
kognitif, keadaan ini terus berlanjut sampai maslah itu selesai. Sebab menurut
teoritist gestalt, keadaan inilah yang memotifasi organisme berusaha untuk
kembali menyeimbangkan mentalnya. Belajar, menurut Gestaltis adalah suatu
fenomena kognitif di mana organisme “mulai melihat” suatu solusi, ketika ia
telah memikirkan problemnya. Pembelajarannya adalah memikirkan segala unsur
yang dibutuhkan dalam memecahkan suatu masalah dan menyusunnya menjadi suatu
solusi yang kemudian mendukung solusi berikutnya hingga masalah itu
terpecahkan. Hal ini bisa menjadi sebuah insight bagi organisme
Insight
(wawasan) ini diperoleh jika seseorang melihat hubungan tertentu antara
berbagai unsur dalan situasi tertentu. Dengan adanya insight maka didapatlah
pemecahan masalah, dimengertinya persoalan, inilah inti belajar. Jadi yang
penting bukanlah mengulang- ulang hal yang harus dipelajari, tetapi
mengertinya, mendapatkan insight. Adapun timbulnya insight itu tergantung:
i. Kesanggupan, maksudnya kesanggupan atau kemampuan
intelegensi individu
ii. Pengalaman, karena belajar, berarti akan mendapat
pengalaman dan pengalaman itu mempermudah mendapatkan insight.
iii. Taraf
kompleksitas dari suatu situasi,
dimana semakin komplek situasinya semakin sulit masalah yang dihadapi.
iv. Latihan, dengan banyaknya latihan akan dapat
mempertinggi kesangupan memperoleh insght, dalam situasi-situasi yang bersamaan
yang telah dilatih.
v. Trial
and eror, sering seseorang itu
tidak dapat memecahkan suatu masalah. Baru setelah mengadakan
percobaan-percobaan, sesorang itu dapat menemukan hubungan berbagai unsur dalam
problem itu, sehingga akhirnya menemukan insight.
Untuk
menguji gagasan tentang teori belajar ini, Kohler menggunakan sejumlah eksperimen.
Salah satu eksperimennya adalah problem memecahkan jalan memutar dimana hewan
dapat melihat tujuannya tapi untuk mencapai tujuan itu dia harus mengambil
jalur memutar. Dengan tipe problem semacam ini Kohler menemukan bahwa ayam amat
kesulitan .
Percobaan
yang kedua yang digunakan oleh Kohler mengharuskan untuk menggunakan alat untuk
menjangkau objek yang diinginkan. Misalnya sebuah pisang diletakkan diluar
jangkauan si monyet, sehingga monyet itu harus menggunakan tongkat agar cukup
panjang untuk menjangkaunya. Dalam masing-masing kasus hewan tersebut mempunyai
semua unsur yang digunakan untuk memecahkan problem yang dihadapi.
G. Prinsip-prinsip
Belajar Menurut Teori Gestalt
Teori
Gestalt mempunyai prinsip-prinsip khusus yang berbeda dengan teori-teori
psikologi lainnya. Dalam menjelaskan fenomena psikologis, psikologi gestalt
menganut prinsip-psinsip seperti yang akan dijelaskan dibawah ini. Interaksi
antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap
perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia
sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan
fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi
makna yang dibentuk.
Prinsip-prinsip
pengorganisasian:
b.
Principle
of Proximity: bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun
ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
c.
Principle
of Similarity: bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang
sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
d.
Principle
of Objective Set: Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk
sebelumnya
e.
Principle
of Continuity: Organisasi berdasarkan kesinambungan pola
f.
Principle
of Closure/ Principle of Good Form: bahwa orang cenderung akan mengisi
kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
g.
Principle
of Figure and Ground: yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat
dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek
seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar
belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi
kekaburan penafsiran antara latar dan figure. Contoh: perubahan nada tidak akan
merubah persepsi tentang melodi.
h.
Principle
of Isomorphism: Organisasi berdasarkan konteks.
H. Implementasi
Teori Gestalt dalam Pembelajaran
a.
Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang
penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik
memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur
dalam suatu obyek atau peristiwa.
b.
Pembelajaran yang bermakna (meaningful
learning); kebermaknaan
unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses
pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu
yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah,
khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya.
Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan
logis dengan proses kehidupannya.
c.
Perilaku bertujuan (pusposive
behavior); bahwa perilaku terarah
pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons,
tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses
pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang
ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah
aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d.
Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang
diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan
kehidupan peserta didik.
e.
Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku
dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt,
transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu
konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi
konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya
penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian
menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi
apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu
persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan
masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu
peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang
diajarkannya.
I. Kelebihan
dan Kekurangan Teori Gestalt
Teori belajar kognitif
lebih memetingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Yang berbeda dari
teori belajar kognitif ini adalah bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon.
a.
Adapun
Kelebihan teori Kognitif adalah sebagai berikut:
-
Dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving)
-
Dapat
meningkatkan motivasi.
b.
Sedangkan
Kekurangan teori kognitif adalah sebagai berikut :
-
Untuk teori
belajar kognitif ini keberhasilan sebuah pembelajaran tidak dapat diukur hanya dengan satu orang siswa saja ,
maksudnya kemampuan siswa harus diperhatikan. Apabila kita menekankan pada
keaktifan siswa, dan tidak dapat dipungkiri ada saja siswa yang tidak aktif
dalam menanggapi suatu pelajaran, otomatis pembelajaran ini tidak akan berhasil
secara menyeluruh guru juga dituntut
untuk mengikuti keaktifan siswa, kionsekuensinya adalah guru harus rajin
mempelajari hal-hal baru yang mungkin
-
Konsekuansinya
terhadap lingkungan adalah fasilitas-fasilitas dalam lingkungan juga harus
mendukung, agar siswa semakin yakin dengan apa yang telah mereka pelajari .
Permisi mbak, saya mau nanya,,,
BalasHapusApa judul buku yang mebahas Teori Psikologi Gestalt?