Rabu, 13 November 2013

Resume Teori Belajar Gestalt

A.  Definisi Teori Gestalt
Kata Gestalt berasal dari bahasa Jerman. Arti Gestalt bisa bermacam-macam sekali, yaitu ‘form’, ‘shape’ (dalam bahasa Inggris) atau bentuk, hal, peristiwa, hakikat, esensi ataupun totalitas. Tetapi karena kesimpangsiuran ari Gestalt dalam bahasa lain, maka ahli sarjara di dunia sepakat menamai “Gestalt” tanpa menerjemahkan kedalam bahasa lain. Teori ini berlaku untuk semua aspek pembelajaran manusia, meskipun berlaku paling langsung ke persepsi dan pemecahan masalah.  Fokus teori Gestalt sendiri adalah ide tentang pengelompokan.
B.   Sejarah Munculnya Teori Gestalt
Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar Gestalt. Peletak dasar psikologi Gestalt adalah Max Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan pemecahan masalah (problem solving). Lalu diikuti oleh Kurt Koffka (1886-1941) yang menguraikan secara terperinci tentang hukum-hukum pengamatan; kemudian Wolfgang Kohler (1887-1959) yang meneliti tantang insight pada simpanse. Konsep yang terpenting dari teori ini adalah insight. Insight yaitu pengamatan/ pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antarbagian-antarbagian di dalam suatu situasi permasalahan. Insight itu sering dihubungkan dengan pernyataan spontan “aha” atau “oh, see-now” Oh, ini tah”..?.
C.   Hukum dalam Teori Gestalt
Teori Belajar Gestalt meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Tapi para Gestalis menyayangkan pembelajaran di sekolah dengan metode penghafalan akademis. Para Gestalis mengkehendaki bahwa belajar yang baik adalah dengan memahami pengertiannya. Beberapa hukum gestalt dalam pengamatan adalah :
1.     Hukum Pragnanz, yang mengatakan bahwa organisasi psikologis selalu cenderung ke arah yang bermakna atau penuh arti (pragnanz)
2.     Hukum kesamaan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang sama cenderung membentuk gestalt (keseluruhan)
3.     Hukum kecenderungan, mengatakan bahwa hal hal yang berdekatan cenderung berbentuk gestalt.
4.     Hukum ketertutupan, yang mengatakan bahwa hal-hal yang tertutup cenderung membentuk gestalt.
5.     Hukum kontinuitas, yang mengatakan bahwa hal-hal yang berkesinambungan cenderung membentuk gestalt.
D.   Karakteristik Teori Gestalt
a.     Mempunyai Hukum keterdekatan, hukum ketertutupan dan hukum kesamaan.
Hukum menurut Wertheimer tahun 1923, dalam bukunya “Investigation of Gestalt Theory”:
1.     Hukum keterdekatan (Law of Proximity)
Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.
2.     Hukum ketertutupan (Law of Closure)
Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.
3.     Hukum kesamaan (Law of Equivalence)
Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompokatau suatu totalitas.
4.     Proses pembelajaran secara terus – menerus dapat memperkuat jejak ingatan peserta didik
Menurut Kurt Koffka:
                             i.    Jejak ingatan (memory traces),
Suatu pengalaman yang membekas di otak. Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul kembali jika kita mempersepsikan sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.
                           ii.    Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan.
Perjalanan waktu itu tidak dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan jejak, karena jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.
                          iii.    Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan
5.     Adanya pemahaman belajar Insight.
Menurut Wolfgang Kohler, Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam situasi permasalahan. Insight yang merupakan inti dari belajar menurut teori gestalt, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.     Kemampuan Insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang, sedangkan kemampuan dasar itu tergantung kepada usia dan posisi yang bersangkutan dalam kelompok (spesiesnya).
2.     Insight dipengaruhi atau tergantung kepada pengalaman masa lalunya yang relevan.
3.     Insight tergantung kepada pengaturan dan penyediaan lingkungannya.
4.     Pengertian merupakan inti dari insight. Melalui pengertian individu akan dapat memecahkan persoalan. Pengertian itulah yang dapat menjadi kendaraan dalam memecahkan persoalan lain pada situasi yang berlainan.
5.     Apabila insight telah di peroleh,maka dapat digunakan untuk menghadapi persoalan dalam situasi lain.
E.   Tokoh-Tokoh Teori Gestalt
a.     Max Wertheimer (1880-1943)
Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Antara tahun 1910-1916, ia bekerja di Universitas Frankfurt di mana ia bertemu dengan rekan-rekan pendiri aliran Gestalt yaitu, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka.Koffka dan Kohler.
Bersama-sama dengan Wolfgang Koehler (1887-1967) dan Kurt Koffka (1887-1941) melakukan eksperimen yang akhirnya menelurkan ide Gestalt. Tahun 1910 ia mengajar di Univeristy of Frankfurt bersama-sama dengan Koehler dan Koffka yang saat itu sudah menjadi asisten di sana. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi.
Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah ia melakukan suatu eksperimen dengan menggunakan sebuah alat yang bernama stroboskop, yaitu suatu kotak yang didalamnya terdapat dua buah garis yang satu tegak dan yang satu melintang. Jika kedua garis tersebut diperlihatkan secara bergantian terus menerus maka akan tampak seakan aska garis tersebut bergerak dari melintang menjadi tegak. Inilah yang disebut gerakan semu.
b.     Kurt Koffka (1886-1941)
Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Kariernya dalam psikologi dimulai sejak dia diberi gelar doktor oleh Universitas Berlin pada tahun 1908. Pada tahun 1910, ia bertemu dengan Wertheimer dan Kohler, bersama kedua orang ini Koffka mendirikan aliran psikologi Gestalt di Berlin. Sumbangan Koffka kepada psikologi adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt. Teorinya yang terkenal adalah Memory Trace (jejak ingatan).
c.     Wolfgang Kohler (1887-1967)
Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Kohler memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1908 di bawah bimbingan C. Stumpf di Berlin. Ia kemudian pergi ke Frankfurt. Saat bertugas sebagai asisten dari F. Schumman, ia bertemu dengan Wartheimer dan Koffka.
Ia mengadakan penyelidikan terhadap inteligensi kera. Hasil kajiannya ditulis dalam buku betajukThe Mentality of Apes (1925). Eksperimennya adalah : seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai pisang itu.
Hal ini menjadi kesimpulannya bahwa apabila organisme menghadapi suatu masalah atau problem maka akan terjadi ketidak seimbangan kognitif sampai masalah itu selesai.
F.   Eksperimen Pengujian Teori Gestalt
Karya yang signifikan tentang belajar oleh anggota Gestalt adalah karya Kohler. Dimana dia mengasumsikan bahwa ketika suatu organisme mengalami suatu masalah atau problem maka akan muncul suatu keadaan yang disebut disekuilibrium kognitif, keadaan ini terus berlanjut sampai maslah itu selesai. Sebab menurut teoritist gestalt, keadaan inilah yang memotifasi organisme berusaha untuk kembali menyeimbangkan mentalnya. Belajar, menurut Gestaltis adalah suatu fenomena kognitif di mana organisme “mulai melihat” suatu solusi, ketika ia telah memikirkan problemnya. Pembelajarannya adalah memikirkan segala unsur yang dibutuhkan dalam memecahkan suatu masalah dan menyusunnya menjadi suatu solusi yang kemudian mendukung solusi berikutnya hingga masalah itu terpecahkan. Hal ini bisa menjadi sebuah insight bagi organisme
Insight (wawasan) ini diperoleh jika seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalan situasi tertentu. Dengan adanya insight maka didapatlah pemecahan masalah, dimengertinya persoalan, inilah inti belajar. Jadi yang penting bukanlah mengulang- ulang hal yang harus dipelajari, tetapi mengertinya, mendapatkan insight. Adapun timbulnya insight itu tergantung:
                             i.    Kesanggupan, maksudnya kesanggupan atau kemampuan intelegensi individu
                           ii.    Pengalaman, karena belajar, berarti akan mendapat pengalaman dan pengalaman itu mempermudah mendapatkan insight.
                          iii.    Taraf kompleksitas dari suatu situasi, dimana semakin komplek situasinya semakin sulit masalah yang dihadapi.
                           iv.    Latihan, dengan banyaknya latihan akan dapat mempertinggi kesangupan memperoleh insght, dalam situasi-situasi yang bersamaan yang telah dilatih.
                            v.    Trial and eror, sering seseorang itu tidak dapat memecahkan suatu masalah. Baru setelah mengadakan percobaan-percobaan, sesorang itu dapat menemukan hubungan berbagai unsur dalam problem itu, sehingga akhirnya menemukan insight.
Untuk menguji gagasan tentang teori belajar ini, Kohler menggunakan sejumlah eksperimen. Salah satu eksperimennya adalah problem memecahkan jalan memutar dimana hewan dapat melihat tujuannya tapi untuk mencapai tujuan itu dia harus mengambil jalur memutar. Dengan tipe problem semacam ini Kohler menemukan bahwa ayam amat kesulitan .
Percobaan yang kedua yang digunakan oleh Kohler mengharuskan untuk menggunakan alat untuk menjangkau objek yang diinginkan. Misalnya sebuah pisang diletakkan diluar jangkauan si monyet, sehingga monyet itu harus menggunakan tongkat agar cukup panjang untuk menjangkaunya. Dalam masing-masing kasus hewan tersebut mempunyai semua unsur yang digunakan untuk memecahkan problem yang dihadapi.
G.   Prinsip-prinsip Belajar Menurut Teori Gestalt
Teori Gestalt mempunyai prinsip-prinsip khusus yang berbeda dengan teori-teori psikologi lainnya. Dalam menjelaskan fenomena psikologis, psikologi gestalt menganut prinsip-psinsip seperti yang akan dijelaskan dibawah ini. Interaksi antara individu dan lingkungan disebut sebagai perceptual field. Setiap perceptual field memiliki organisasi, yang cenderung dipersepsikan oleh manusia sebagai figure and ground. Oleh karena itu kemampuan persepsi ini merupakan fungsi bawaan manusia, bukan skill yang dipelajari. Pengorganisasian ini mempengaruhi makna yang dibentuk.
Prinsip-prinsip pengorganisasian:
b.     Principle of Proximity: bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.
c.     Principle of Similarity: bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk tertentu.
d.     Principle of Objective Set: Organisasi berdasarkan mental set yang sudah terbentuk sebelumnya
e.     Principle of Continuity: Organisasi berdasarkan kesinambungan pola
f.     Principle of Closure/ Principle of Good Form: bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.
g.     Principle of Figure and Ground: yaitu menganggap bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure. Contoh: perubahan nada tidak akan merubah persepsi tentang melodi.
h.     Principle of Isomorphism: Organisasi berdasarkan konteks.
H.  Implementasi Teori Gestalt dalam Pembelajaran
a.     Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b.     Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
c.     Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d.     Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e.     Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
I.   Kelebihan dan Kekurangan Teori Gestalt
Teori belajar kognitif lebih memetingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Yang berbeda dari teori belajar kognitif ini adalah bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon.
a.     Adapun Kelebihan teori Kognitif adalah sebagai berikut:
-       Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving)
-       Dapat meningkatkan motivasi.
b.     Sedangkan Kekurangan teori kognitif adalah sebagai berikut :
-       Untuk teori belajar kognitif ini keberhasilan sebuah pembelajaran tidak dapat    diukur hanya dengan satu orang siswa saja , maksudnya kemampuan siswa harus diperhatikan. Apabila kita menekankan pada keaktifan siswa, dan tidak dapat dipungkiri ada saja siswa yang tidak aktif dalam menanggapi suatu pelajaran, otomatis pembelajaran ini tidak akan berhasil secara menyeluruh  guru juga dituntut untuk mengikuti keaktifan siswa, kionsekuensinya adalah guru harus rajin mempelajari hal-hal baru yang mungkin
-       Konsekuansinya terhadap lingkungan adalah fasilitas-fasilitas dalam lingkungan juga harus mendukung, agar siswa semakin yakin dengan apa yang telah mereka pelajari .

1 komentar:

  1. Permisi mbak, saya mau nanya,,,
    Apa judul buku yang mebahas Teori Psikologi Gestalt?

    BalasHapus