Rabu, 16 Oktober 2013

0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Resume 4 Pilar Pendidikan UNESCO

Learning to Know
Learning to know meruipakan awal dari terciptanya sebuah desain pendidikan dan pengembangan pendidikan. Desain pendidikan dan pengembangan pendidikan merupakan proses yang kompleks. Pilarnya/Patokannya adalah nilai-nilai dan kekayakinan.

v  Desain pendidikan meliputi dua point, yaitu:
1.      Apa yang perlu diketahu?
2.      Bagaimana cara efektif untuk mengetahuinya?

v  Kunci dari proses desain pendidikan ini adalah :
1.     Meninjau kembali dan mengklarifikasi nilai-nilai dan keyakinan kita;
2.    Menyatakan kembali misi,tujuan edukatif kami;
3.    Mengembangkan pemahaman kita tentang bagaimana orang belajar, dan
4.    Menjadi responsif terhadap konteks ilmu pengetahuan yang berkembang dalam menentukan apa yang siswa harus pelajar dalam beberapa tahun belajar disekolah mereka.

v  Tujuan pendidikan secara global
1.     Tujuan umum
2.    Tujuan khusus
3.    Tujuan insidental
4.    Tujuan tentatif
5.    Tujuan tak lengkap
6.    Tujuan perantara
Pedagogik transformatif berarti ilmu pendidikan yang bersifat transformatif (berubah-ubah) sesuai dengan perubahan zaman dan realitas sosial. Pedagogik transformatif merupakan perkembangan dari paradigma konservatif atau postmodernisme dan paradigma liberal.
Transformasi pada dasarnya adalah sebuah proses atau peristiwa perubahan diri, sehingga yang paling menentukan adalah diri sendiri, diri orang yang bersangkutan, bukan orang lain.
Faktor-faktor yang mendorong pemaknaan, pembelajaran transformatif:
1.      Motivasi intrinsik
2.      Pengalaman langsung
3.      Krisis / bencana
4.      Berbagi, harus mengajar orang lain, dialog
5.      Semangat guru dalam mengajar
6.      Strategi belajar yang terhubung pada pengalaman pribadi
7.      Strategi belajar yang merangsang emosi kemauan
8.      Strategi belajar yang terhubung dengankeyakinan

v  Kapasitas mentalitas manusia dalam belajar dari aspek motivasi
Ketika apa yang sedang dipelajari termotivasi dari dalam diri, atau bila dianggap memiliki nilai intrinsik yang tinggi, dan ada kebutuhan yang dirasakan untuk perlu belajar , pembelajaran yang terjadi akan memiliki makna pribadi yang dalam dan pelajar mengalami perubahan. Ketika belajar dimotivasi oleh faktor eksternal, bila dianggap memiliki sedikit nilai intrinsik atau pribadi, tapi ada keperluan yang tinggi untuk belajar, pembelajaran yang terjadi cenderung terhadap pembelajaran murni fungsional. Itu tidak memiliki arti pribadi yang mendalam dan tidak mengubah peserta didik.

v  Karakteristik belajar mandiri.
Belajar mandiri muncul dan rasa harga diri dan dikembangkan menurut keterampilan dan strategi dan dikombinasikan dengan atribut afektif. Pengembangan atribut dan keterampilan kurikulum Belajar untuk tau ‘tantangan’.

v  Kesimpulan:
“Siswa harus memiliki rasa keingintahuan yang tinggi agar memiliki pengetahuan yang luas. Serta siswa harus mampu mengimpletasikan apa yang diketahuinya dalam kehidupan sehari-hari.”


Learning to Do
Dalam proses pembelajaran learning to do, peserta didik harus mau dan mampu (berani) mengaktualisasi keterampilan yang dimilikinya, selain bakat dan minat yang telah dimiliki sejak awal. Sekolah adalah salah satu fasilitas untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki peserta didik, serta bakat dan minatnya agar “Learning to do” dapat terealisasikan.
v  Hal-hal yang terkait dengan learning to do adalah:
1.     Martabat manusia dan martabat dunia kerja;
2.    Kesehatan dan keharmonisan alam;
3.    Kebenaran dan kebijaksanaan;
4.    Cinta dan kasih sayang;
5.    Kreatifitas;
6.    Perdamaian dan keadilan.
7.    Pembangunan berkelanjutan;
8.    Persatuan dan solidaritas nasional;
9.    Spiritual global.

v  Kesimpulan:
“Bagaimana peserta didik berkarya, dimana banyak memiliki keterkaitan dengan yang lainnya.”


Learning to Be
Learning to be memiliki arti bahwa belajar adalah proses untuk membentuk manusia yang memiliki jati dirinya sendiri. Konsep learning to be dapat melatih siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be).
APNIEVE mendefinisikan belajar didasarkan pada filsafat humanistik pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.Apnieve  pun mempercayai seorang individu dan makhluk sosial berlabuh di delapan nilai-nilai inti :
1.      Kesehatan dan harmoni dengan alam
2.      Kebenaran dan kebijaksanaan
3.      Cinta dan kasih saying
4.      Kreativitas dan penghargaan untuk keindahan
5.      Perdamaian dan keadilan
6.      Pembangunan manusia
7.      Persatuan dan solidaritas global
8.      Spiritualitas global
 Sedangkan menurut Edgar Faure pendidikan harus diarahkan untuk pengembangan manusia seutuhnya mulai dari aspek fisik, intelektual, emosional, dan etika. Edgar Faure juga merangkum tujuan universal, yaitu:
1.     Pendidikan bertujuan memberikan penguasaan pengetahuan atau wawasan dan teknologi;
2.    Pendidikan bertujuan membentuk kreatifitas;
3.    Pendidikan bertujuan mempersiapkan untuk hidup di masyarakat;
4.    Pendidikan bertujuan menjadi manusia menuju manusia seutuhnya.

v  Nilai-nilai dari learning to be adalah:
Ø  Manusia sebagai individu dan sebagai masyarakat;
Ø  Individu;
Ø  Masyarakat keluarga, masyarakat regional dan internasional.
Faktor-faktor yang mempengaruhi learning to be menurut Djamal:
1.     Motivasi
2.    Sikap
3.    Minat
4.    Kebiasaan belajar
5.    Konsep diri

v  Kesimpulan:
“Belajar jadi manusia seutuhnya. Dimana secara utuh tersebut siswa harus mampu menjadi individu dan masyarakat.”

Learning to Live Together
Learning to live together dapat disefinisikan sebagai kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima dimana perlu dikembangkan di lingungan sekolah. Usaha yang dapat dilakuakan untuk mencapai learning to live together yaitu:
1.      Mengerti orang lain dengan mengerti diri sendiri.
2.      Mengadopsi prespektif kelompok etnis , agama , dan sosial.
3.      Berpartisipasi dalam masyarakat.
4.      Mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah.

v  Masalah demi terciptanya kehidupan bersama mencakup:
1.      Masalah antara global dan lokal    
2.      Masalah antara universal dan individu
3.      Masalah antara tradisi dan modernitas
4.      Masalah dalam menentukan jangka waktu suatu program
5.      Masalah antara kebutuhan untuk kompetensi dan mendapatkan suatu peluang
6.      Masalah untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman manusia
7.      Masalah antara spiritual dan material

v  Lembaga pendidikan masyarakat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1.     Pendidikan dasar : sebuah paspor untuk hidup
2.    Pendidikan menengah : sebuah persimpangan dari kehidupan
3.    Pendidikan tinggi : tempat untuk warisan umum pengetahuan

v  Globalization Problem and Solution
Merupakan sebuah proses pembaharuan dan pembuka informasi dengan sejuta manfaat dan sejuta kekurangan yang mendampinginya.

v  Ciri-ciri learning to live together yaitu:
1.     Membutuhkan orang lain
2.    Sifatnya social
3.    Praktik lebih diutamakan dibandingkan teori

v  Kesimpulan:
Dalam menciptakan empat pilar belajar, learning to live together dapat dikatakan sebagai tempat terakhir/penggabungan dari ketiga pilar yang lainnya.

Senin, 14 Oktober 2013

0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Human Dignity and the Dignity of Labour


Harus diperlakukan dengan martabat
Tingkat kognitif: Mengetahui
1.       Fasilitator menyiapkan untuk sesi dengan memasang di dinding kelas beberapa hak-hak dasar dan kebebasan pribadi. Ini diambil dari dokumen Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
2.       Ketika peserta memasuki ruangan, fasilitator mengajak mereka untuk melihat-lihat ruangan dan membaca postingan di dinding. Fasilitator memberi mereka beberapa waktu untuk untuk ini.
3.       Setelah peserta telah menyelesaikan tugas, fasilitator mendorong beberapa sukarelawan untuk mengartikulasikan reaksi langsung mereka. Fasilitator menyambut dan mengakui seluruh respon mereka.
4.       Jika ini belum dapat diartikulasikan, fasilitator menanyakan pertanyaan berikut: “Bagaimana perasaan Anda mengetahui bahwa Anda untuk hak-hak dan kebebasan?”
5.       Ambil beberapa respon dari peserta, fasilitator memperkuat gagasan bahwa setiap manusia memiliki martabat manusia yang melekat dan karena itu diberikan hak-hak dan kebebasan yang sesuai. Fasilitator, bagaimanapun mengakui bahwa tidak semua orang telah mengalaminya secara pribadi.
Tingkat Afektif: Menghargai
6.       Fasilitator menghubungkan ke proses selanjutnya dimana peserta sekarang diajak untuk mencerminkan bagaimana mereka secara pribadi mengalami diperlakukan sebagai manusia. Fasilitator mengarahkan peserta untuk meninjau kembali hak-hak dan kebebasan yang dipasang di dinding. Kemudian dia memerintahkan mereka untuk mengidentifikasi tiga dari hak-hak dan kebebasan yang mereka yakini bahwa hal tersebut telah dirampas dari mereka, dan tiga dari hak-hak dan kebebasan yang mereka yakini bahwa telah berhak.
7.       Peserta pindah ke dalam tiga kelompok untuk berbagi pengalaman mereka dalam hal ini.
8.       Setelah berbagi, fasilitator mengumpulkan kelompok untuk mendengar contoh dari pertukaran kelompok mereka.
9.       Fasilitator menarik refleksi lebih jauh dari para peserta dengan memanfaatkan pertanyaan panduan berikut:
a.       Apa yang Anda amati sebagai unik atau umum untuk pengalaman Anda yang berkaitan diperlakukan dengan atau tanpa martabat dan nilai?
b.      Emosi apa yang dipicu dalam diri Anda sebagai hasil dari kenangan ini?
c.       Pembelajaran dan realisasi apa yang Anda dapatkan sebagai hasil?
d.      Apa penyelesaian pribadi yang Anda pertimbangkan dalam menanggapi ini?
Tingkat Konseptual: Pemahaman
10.   Fasilitator menyatukan reaksi peserta dan memimpinnya untuk diskusi tentang beberapa realitas sosial-politik yang mempengaruhi masyarakat, budaya dan orang-orang dalam sikap mereka terhadap manusia.
Tingkat Aktif: Betindak
11.   Fasilitator mengulangi kembali hak prerogatif setiap peserta yang mana harus diperlakukan dengan martabat dan nilai. Fasilitator menantang para peserta untuk bersikap tegas dalam hal ini. Untuk mewujudkan hal ini, fasilitator mengajak peserta untuk datang bersama daftar cara praktek yang mereka bisa, secara individu maupun sebagai kelompok, menegaskan hak ini. Dari inisal ilham, partisip dapat merumuskan kontrak " Harus diperlakukan dengan martabat".
12.   Kontrak mungkin bisa dipasang di tempat strategi dalam ruangan. Masing-masing partisip diundang untuk melakukan dengan menunjukan tanda tangannya di bagian bawah kontrak.
13.   Sesi dapat memuncak dengan meminta kelompok untuk memilih dan menyanyikan sebuah lagu yang menangkap semangat kontrak mereka.

Arti kerja
Tingkat kognitif: Pengetahuan
1.       Fasilitator memperkenalkan nilai martabat kerja dan bagaimana mengungkapkan berbagai bentuk pekerjaannya dengan signifikan serta tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk masyarakat. Fasilitator harus memastikan bahwa dia paham dengan ketulusan dan kejujuran. Ini akan lebih membantu menciptakan tema pengalaman inti.
Tingkat afektif: Menghargai
2.       Fasilitator mengundang peserta untuk mengeksplorasi hubungan mereka dengan pekerjaan. Lembar kegiatan dibagikan untuk para peserta untuk bekerja pada:
a.       Dikolom pertama, di bawah judul "History Work", peserta akan menampilkan daftar semua bentuk pekerjaan yang mana merka telah terlibat dengan masa lalu. Ini mencakup pekerjaan informal yang mungkin belum terkompensasi finansial, yaitu, tugas-tugas rumah.
b.      Dikolom kedua, di bawah judul “Energies Tapped”, peserta akan mengindikasikan untuk setiap bentuk pekerjaan yang energi atau energi spesifik dikeluarkan oleh pekerjaan itu. Peserta dapat memilih dari empat energi manusia yang disarankan dan menunjukkan kode yang sesuai:
P = Fisik
M = Mental
E = Emosi
S = Rohani
Beberapa pekerjaan hanya membutuhkan satu energi, yang lainnya mungkin keempatnya.
c.       Dikolom ketiga, dibawah judul “Level of Satisfaction”, peserta akan memutuskan untuk apa gelar pekerjaan itu. Peserta dapat menggunakan kode berikut:
HS = Kepuasan tinggi
AS = Kepuasan sedang
LS = Kepuasan rendah
NS = Tidak puas
d.      Dikolom keempat, dibawah judul “Benefits Reaped”, peserta akan menuliskan berbagai manfaat yang diperoleh dari pekerjaan itu. Terdapat dua kategori yaitu manfaat menuai tingkat pribadi dan manfaat menuai tingkat sosial. Berfokus pada apa yang telah diperoleh peserta secara pribadi dari pekerjaan ini, sedangkan yang kedua menekankan pada kontribusi pekerjaan ini kepada orang lain, lembaga dan masyarakat pada umumnya. Tanggapan di sini dapat bervariasi, dari bahan untuk penghargaan pribadi kurang nyata. Fasilitator mengingatkan peserta untuk lebih spesifik dalam menyelesaikan kolom ini.
3.       Setelah menyelesaikan lembar kegiatan, fasilitator mengarahkan perhatian peserta dengan bentuk pekerjaan dimana mereka memiliki baik tingkat kepuasan sedang atau ketidak puasan. Fasilitator menyarankan mereka menciptakan dengan percakapan imajiner antara mereka dan bentuk pekerjaan. Prosedur akan melayani dengan tujuan mengklarifikasi pandangan mereka dalam pekerjaan ini dan mungkin mendefinisikan ulang maknanya kepada mereka. Fasilitator mengilustrasikan ini dengan menawarkan contoh dialog atau percakapan untuk memberikan para peserta suatu ide tentang bagaimana proses ini.
4.       Fasilitator memberikan peserta waktu untuk membagi dengan pasangannya.
5.       Fasilitator menarik keluar dampak dari proses ini pada peserta dan wawasan yang sesuai dan realisasi.
Tingkat konseptul: Pemahaman
6.       Fasilitator meringkas beragam tanggapan peserta dan link ini untuk nilai pekerjaan. Fasilitator menyoroti fitur yang memenuhi syarat bekerja sebagai pemaknaan. Ini mungkin termasuk konsep-konsep kunci seperti:
·         Bekerja menjadi pribadi bermakna bila tidak hanya dilihat sebagai sesuatu yang harus dilakukan untuk bertahan hidup dan pencapaian, melainkan merupakan proses perpanjangan diri dan semua sumber daya batin dan potensi kita.
·         Pekerjaan yang berarti, karena itu, melibatkan penggunaan konsisten dan sadar diri, terutama dalam hal empat energi manusia yang kita miliki-fisik, metal, emosi dan rohani. Semakin banyak energi ditekan, maka menjadi lebih bermakna pekerjaan.
·         Namun, pekerjaan yang berarti selalu memerlukan kepemilikan proses kerja. Seseorang harus memiliki kebebasan dan kontrol atas pekerjaannya.
·         Penghargaan atas pekerjaan yang berarti biasanya lebih hakiki dibandingkan ekstrinsik. Sukacita dan kepuasan sering dihasil dari pekerjaan yang berarti. Sejauh memfasilitasi kesesuaian antara pekerjaan dengan kebutuhan diri, pekerjaan yang berarti bahkan dapat memiliki manfaat rohani untuk beberapa orang.
·         Dalam pekerjaan yang berarti, orang yang menciptakan pekerjaan pada gilirannya direkrut oleh pekerjaan. Kita harus mengakui pekerjaan apa kontribusi yang akan membawa kita.
·         Akhirnya, pekerjaan yang berarti meluas kontribusinya diluar akal individu kesejahteraan dan pemenuhan diri untuk kemajuan dan perkembangan masyarakat.
Tingkat Aktif: Betindak
7.       Fasilitator menantang peserta untuk mengejar dan berkomitmen untuk pekerjaan yang berarti dan menawarkan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk membantu mereka dalam pertimbangan mereka:
·         Pedulikah saya tentang pekerjaan itu sendiri?
·         Dapatkah saya mengekspresikan penuh diri saya melalui pekerjaan?
·         Apakah saya berkomitmen untuk arti kerja?
·         Apakah saya cukup ulet dan cukup terampil untuk melakukan pekerjaan dengan baik?
8.       Fasilitator mengajak peserta untuk meringkas sesi dengan datang ke sebuah kutipan dalam hal wawasan mereka yang paling signifikan tentang pekerjaan.