Learning to Know
Learning to
know meruipakan awal dari terciptanya sebuah desain pendidikan dan
pengembangan pendidikan. Desain pendidikan dan
pengembangan pendidikan merupakan proses yang kompleks. Pilarnya/Patokannya adalah nilai-nilai dan kekayakinan.
v Desain
pendidikan meliputi dua point, yaitu:
1. Apa yang
perlu diketahu?
2. Bagaimana
cara efektif untuk mengetahuinya?
v Kunci
dari proses desain pendidikan ini adalah :
1.
Meninjau kembali dan mengklarifikasi nilai-nilai
dan keyakinan kita;
2.
Menyatakan kembali misi,tujuan edukatif kami;
3.
Mengembangkan pemahaman kita tentang bagaimana
orang belajar, dan
4.
Menjadi responsif terhadap konteks ilmu
pengetahuan yang berkembang dalam menentukan
apa yang siswa harus pelajar
dalam beberapa tahun belajar disekolah mereka.
v Tujuan
pendidikan secara global
1.
Tujuan umum
2.
Tujuan
khusus
3.
Tujuan
insidental
4.
Tujuan
tentatif
5.
Tujuan tak
lengkap
6.
Tujuan
perantara
Pedagogik transformatif berarti ilmu
pendidikan yang bersifat transformatif (berubah-ubah) sesuai dengan perubahan
zaman dan realitas sosial. Pedagogik transformatif merupakan perkembangan dari
paradigma konservatif atau postmodernisme dan paradigma liberal.
Transformasi pada dasarnya adalah sebuah
proses atau peristiwa perubahan diri, sehingga yang paling menentukan adalah
diri sendiri, diri orang yang bersangkutan, bukan orang lain.
Faktor-faktor yang mendorong pemaknaan, pembelajaran transformatif:
1. Motivasi intrinsik
2. Pengalaman
langsung
3. Krisis / bencana
4. Berbagi, harus mengajar orang lain, dialog
5. Semangat
guru dalam mengajar
6. Strategi belajar yang terhubung pada pengalaman pribadi
7. Strategi belajar yang merangsang emosi kemauan
8. Strategi belajar yang terhubung dengankeyakinan
v Kapasitas mentalitas manusia
dalam belajar dari aspek motivasi
Ketika
apa yang sedang dipelajari termotivasi
dari dalam diri, atau bila dianggap
memiliki nilai intrinsik yang tinggi, dan ada kebutuhan yang dirasakan untuk perlu belajar , pembelajaran yang terjadi akan memiliki makna
pribadi yang
dalam dan pelajar mengalami perubahan. Ketika belajar dimotivasi oleh
faktor eksternal, bila dianggap
memiliki sedikit nilai intrinsik atau pribadi, tapi ada keperluan
yang tinggi untuk belajar, pembelajaran yang terjadi cenderung terhadap
pembelajaran murni fungsional. Itu tidak memiliki arti pribadi yang mendalam
dan tidak mengubah peserta didik.
v Karakteristik
belajar mandiri.
Belajar mandiri muncul dan rasa
harga diri dan dikembangkan menurut keterampilan dan strategi dan
dikombinasikan dengan atribut afektif. Pengembangan atribut dan keterampilan
kurikulum Belajar untuk tau ‘tantangan’.
v Kesimpulan:
“Siswa harus memiliki rasa
keingintahuan yang tinggi agar memiliki pengetahuan yang luas. Serta siswa
harus mampu mengimpletasikan apa yang diketahuinya dalam kehidupan sehari-hari.”
Learning to Do
Dalam
proses pembelajaran learning to do, peserta
didik harus mau dan mampu (berani) mengaktualisasi keterampilan yang
dimilikinya, selain bakat dan minat yang telah dimiliki sejak awal. Sekolah
adalah salah satu fasilitas untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki
peserta didik, serta bakat dan minatnya agar “Learning to do” dapat terealisasikan.
v Hal-hal
yang terkait dengan learning to do adalah:
1.
Martabat manusia dan martabat dunia kerja;
2.
Kesehatan dan keharmonisan alam;
3.
Kebenaran dan kebijaksanaan;
4.
Cinta dan kasih sayang;
5.
Kreatifitas;
6.
Perdamaian dan keadilan.
7.
Pembangunan berkelanjutan;
8.
Persatuan dan solidaritas nasional;
9.
Spiritual global.
v Kesimpulan:
“Bagaimana
peserta didik berkarya, dimana banyak memiliki keterkaitan dengan yang lainnya.”
Learning to Be
Learning to be memiliki arti bahwa belajar adalah proses
untuk membentuk manusia yang memiliki jati dirinya sendiri. Konsep learning to be dapat melatih siswa agar memiliki
rasa percaya diri yang tinggi. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses
menjadi diri sendiri (learning to be).
APNIEVE mendefinisikan belajar didasarkan pada
filsafat humanistik pendidikan yang bertujuan untuk
mengembangkan manusia sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.Apnieve
pun mempercayai seorang individu dan makhluk sosial berlabuh di delapan nilai-nilai inti
:
1.
Kesehatan dan harmoni dengan alam
2.
Kebenaran dan kebijaksanaan
3.
Cinta dan kasih saying
4.
Kreativitas dan penghargaan
untuk keindahan
5.
Perdamaian dan keadilan
6.
Pembangunan manusia
7.
Persatuan dan solidaritas global
8.
Spiritualitas global
Sedangkan menurut
Edgar Faure pendidikan harus diarahkan untuk pengembangan manusia seutuhnya
mulai dari aspek fisik, intelektual, emosional, dan etika. Edgar Faure juga
merangkum tujuan universal, yaitu:
1.
Pendidikan bertujuan memberikan penguasaan
pengetahuan atau wawasan dan teknologi;
2.
Pendidikan bertujuan membentuk kreatifitas;
3.
Pendidikan bertujuan mempersiapkan untuk hidup di
masyarakat;
4.
Pendidikan bertujuan menjadi manusia menuju
manusia seutuhnya.
v Nilai-nilai
dari learning to be adalah:
Ø Manusia sebagai
individu dan sebagai masyarakat;
Ø Individu;
Ø Masyarakat
keluarga, masyarakat regional dan internasional.
Faktor-faktor yang mempengaruhi learning to be
menurut Djamal:
1.
Motivasi
2.
Sikap
3.
Minat
4.
Kebiasaan belajar
5.
Konsep diri
v Kesimpulan:
“Belajar
jadi manusia seutuhnya. Dimana secara utuh tersebut siswa harus mampu menjadi
individu dan masyarakat.”
Learning to Live Together
Learning
to live together dapat disefinisikan sebagai kebiasaan hidup bersama, saling
menghargai, terbuka, memberi dan menerima dimana perlu dikembangkan di
lingungan sekolah. Usaha yang dapat dilakuakan untuk mencapai learning to live
together yaitu:
1. Mengerti orang lain dengan mengerti diri sendiri.
2. Mengadopsi prespektif kelompok etnis , agama , dan
sosial.
3. Berpartisipasi dalam masyarakat.
4. Mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah.
v Masalah demi terciptanya kehidupan bersama
mencakup:
1. Masalah antara global dan lokal
2. Masalah antara universal dan individu
3. Masalah antara tradisi dan modernitas
4. Masalah dalam menentukan jangka waktu suatu program
5. Masalah antara kebutuhan untuk kompetensi dan mendapatkan
suatu peluang
6. Masalah untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
manusia
7. Masalah antara spiritual dan material
v Lembaga pendidikan
masyarakat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1.
Pendidikan dasar : sebuah paspor untuk hidup
2.
Pendidikan menengah : sebuah persimpangan dari kehidupan
3.
Pendidikan tinggi : tempat untuk warisan umum pengetahuan
v Globalization
Problem and Solution
Merupakan sebuah proses pembaharuan
dan pembuka informasi dengan sejuta manfaat dan sejuta kekurangan yang
mendampinginya.
v Ciri-ciri
learning to live together yaitu:
1.
Membutuhkan orang lain
2.
Sifatnya social
3.
Praktik lebih diutamakan dibandingkan teori
v Kesimpulan:
Dalam menciptakan
empat pilar belajar, learning to live together dapat dikatakan sebagai tempat
terakhir/penggabungan dari ketiga pilar yang lainnya.